Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Pidato Soekarno 1 Juni 1945 yang Tidak Boleh Kita Lupakan

Diperbarui: 1 Juni 2019   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

radarmadiun.co.id

Tak ada yang abadi di dunia ini. Ini juga berlaku bagi para penjajah yang menduduki Indonesia. Pada awal 1945, Jepang tak lagi digdaya. Jepang makin terdesak dalam Perang Dunia II. 

Saat itulah, Pemerintah Pendudukan Bala Tentara Jepang di Jawa melalui Saiko Syikikan Kumakici Harada mengumumkan secara resmi berdirinya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Maret 1945. 

KRT Radjiman Wedyodiningrat (seorang tokoh Budi Utomo) ditunjuk sebagai Ketua BPUPKI yang beranggotakan 69 orang. Para tokoh perjuangan nasional yang jadi anggota BPUPKI mengarahkan tujuan badan bentukan Jepang itu justru untuk kepentingan kemerdekaan dalam arti lepas dari kendali Jepang.

Sidang pertama BPUPKI digelar pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 di gedung Cuo Sangi In. Dalam sidang pertama, tepatnya pada tanggal 29 Mei 1945, Mohamad Yamin menyampaikan pidato mengenai asas-asas yang diperlukan sebagai dasar negara. 

Pada sidang tanggal 31 Mei, Soepomo juga mengungkapkan uraian tentang dasar-dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan 5 pokok yang diusulkan menjadi dasar negara. Pada saat itu, ia jugalah yang pertama kali menyebut "Pancasila" untuk 5 dasar yang diajukannya itu.

Simak tulisan menarik Bapak Johanis Malingkas berikut ini: 

Kutipan Pidato Soekarno 1 Juni 1945

"Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih. Yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad Saw. 

Orang Budha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya bertuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. 

Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni tiada egoisme agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang berTuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen dengan cara berkeadaban. Apakah cara berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati satu sama lain."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline