Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Tiga Alasan Memilih Caleg Milenial, Bukan Caleg Zaman Old

Diperbarui: 14 Maret 2019   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

para caleg muda di Kab Serdang Bedagai-Tribunmedan.com

Ngapain sih milih caleg milenial? Mereka ini kan masih hijau. Masih anak bawang. Nggak tahu apa-apa. Sebagian juga nyaleg karena dukungan orang tua atau kerabat yang juga politisi senior. Sama saja mendukung nepotisme. 

Itulah sebagian pendapat orang ketika menanggapi kemunculan para caleg milenial di Pemilu 2019 ini. 

Persentase caleg milenial

Menurut Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), daftar caleg sementara (DCS) Pemilu Legislatif 2019 memuat 21 persen caleg DPR berusia milenial.

"Mayoritas caleg berusia produktif, yaitu 36-59 tahun atau 68 persen, ditambah kelompok usia milenial berusia 21-35 tahun sebanyak 21 persen," kata peneliti Formappi Lucius Karus di kantornya, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (14/9/2018).

3 alasan memilih caleg milenial

Pertama, caleg milenial paling paham dunia anak muda

Berdasarkan riset KedaiKOPI yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok milenial merupakan pemilih terbesar. Persentase kelompok milenial yang punya hak suara sebesar 37,7 persen pada Pemilu 2019. Nah, pemilih muda dengan persentase sebesar ini sebaiknya memilih siapa?

Caleg dari kalangan milenial tentu lebih paham dunia anak muda. Masalah pendidikan kaum muda, lapangan pekerjaan, startup, unicorn yang online-online, jual-beli daring, jasa daring, tren medsos tentu lebih dipahami caleg milenial dibanding caleg zaman old. 

Ini jadi salah satu alasan mengapa kaum pemilih milenial pantas memilih caleg milenial. 

Kedua, caleg milenial bebas dosa politik masa lalu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline