Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Kisah Keluarga yang Disatukan oleh Ibadah Bersama

Diperbarui: 10 Maret 2019   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay-keulefm

[Kisah Minggu Pagi-3 lanjutan dari SINI]

Bertahun-tahun silam, saya yang waktu itu masih calon pastor berkesempatan tinggal selama beberapa hari di rumah sebuah keluarga di Solo.

Di rumah itu, tinggallah sepasang suami-istri berusia 60-an tahun.

Di hari pertama, sang kepala keluarga, sebut saja Pak Ardi dengan bangga menunjukkan foto putra semata wayangnya.

"Ini anak tunggal saya. Sudah kerja di Australia." 

Dari nada bicaranya saat berkisah, saya merasakan kebanggaan seorang ayah yang berhasil menyekolahkan anak hingga tuntas meski dengan susah-payah.

Rumah yang keluarga itu tinggali pun bukan rumah mewah. Perabotannya wajar untuk ukuran orang kota.

Tempat doa dan ketekunan berdoa

Pak Ardi lantas menunjukkan sebuah sudut rumah di mana ia dan istrinya berdoa tiap hari. "Di sinilah saya, istri, dan putra kami -waktu ia masih di sini- berdoa tiap malam," tutur Pak Ardi.

Tiap malam, saya pun ikut Pak Ardi dan istrinya berdoa bersama. Menariknya, pasangan suami-istri ini mendoakan doa completorium.

Apa itu? Doa completorium adalah doa malam yang pada zaman sekarang biasanya hanya didoakan para pastor dan biarawan-biarawati Katolik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline