Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Si Hitam Berhati Mutu Manikam

Diperbarui: 11 Januari 2019   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pixabay.com

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya sudah menyinggung bahwa Italia menghadapi permasalahan terkait kedatangan para imigran dari Afrika Utara. Di media massa, orang berdebat panas. Sebagian berpendapat, Eropa harus mengirim para imigran kembali ke asal mereka. Sebagian berkata, imigran berbahaya sebab mereka berpotensi berbuat kriminal. Harus diakui, sebagian imigran memang terlibat kejahatan.

Perjumpaan dengan Si Kulit Hitam

Pagi itu saya keluar dari stasiun bawah tanah Roma bersama kerumunan penumpang. Langkah saya "tertahan" oleh seorang pria yang berjalan lambat. Ternyata ia seorang tunanetra. Saya baru menyadari hal ini setelah saya lihat ia berjalan menggunakan tongkat.

Saya tetap berjalan di belakang pria tunanetra itu. Saya tidak ingin mendahuluinya. Dari penampilannya, ia mungkin seorang dari pria Italia. Dengan tongkatnya, ia memastikan tak ada kaleng atau hambatan lain di depannya.

Sampai di depan kantor pusat Food and Agricultural Organization, saya melihat seorang pemuda berkulit hitam. Ia seorang imigran. Untuk menyambung hidup, ia menyapu trotoar. Bukan pemerintah Roma yang membayarnya. Ia mengharapkan recehan dari pejalan kaki yang lewat. Untuk menampung recehan, ia memasang tiga toples kecil di atas keranjang plastik bekas wadah buah.

Kalah Sigap

Saya cemas, pria tunanetra di depan saya akan terjatuh saat melewati tiga keranjang yang dipasang si pemuda imigran tadi. Saat saya sedang berpikir untuk memperingatkan si tunanetra, si pemuda sudah lebih cekatan bereaksi. Si kulit hitam merangkul si tunanetra dan memastikan agar semua aman. Bukan hanya itu, si kulit hitam menemani si tunanetra menyeberang jalan.

Saat itu saya merasa malu. Saya kalah cekatan dan kalah segalanya dengan si kulit hitam. Ia tak hanya memperingatkan si tunanetra dengan kata-kata, tapi menggandeng dan mengantarnya sampai ke seberang jalan.

Melihat tapi Tak Menangkap

Saya pernah mendengar suatu perumpamaan: orang baik itu seperti pesawat-pesawat yang tiap hari berseliweran di udara. Saat pesawat-pesawat itu berbuat baik dengan mengantar para penumpang dengan selamat, tiada yang memuji. Namun, saat satu saja pesawat jatuh, seluruh dunia mengutuk.

Si kulit hitam tadi ibarat pesawat yang melayani penumpang dengan servis kelas eksekutif. Tak ada yang memujinya, selain si tunanetra. Ya, si tunanetra memang tak bisa melihat dengan mata, namun dengan mata batinnya mampu melihat kebaikan si kulit hitam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline