Lihat ke Halaman Asli

Susi Belel – (Bukan) Cerita Tentang Ibu Susi Pudjiastuti

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingat dengan Fariz RM? Yang pernah populer dengan lagu Sakura dan Barcelona di tahun 80-an?

Karena pada saat SMP sebelum terkontaminasi oleh musik rock, saya sangat menyukai Fariz RM, saya hampir hapal semua discography dari penyanyi dan musisi multi-talenta ini. Salah satu lagu milik Fariz RM yang terngiang kembali masuk ke kepala saya pada saat ini adalah Susi Belel, karena nama Susi tiba-tiba menjadi trend dan topik hangat di Republik ini.

Yang belum tahu seperti apa lagunya silahkan buka youtube dan search, lumayan asyik lagunya dan cukup kontroversial liriknya.

Tentu tidak ada niatan saya sama sekali untuk menyamakan Susi Belel dengan Ibu Susi Pudjiastuti, pengusaha sukses yang sekarang diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Jokowi-JK.

Dengan segala kontroversi seputar rokok, tato dan cuma tamatan SMP; Jokowi-JK pasti punya alasan kuat mengangkat beliau menjadi salah satu orang penting yang akan turut mengawal salah satu program andalan mereka di bidang maritim.

Saya tidak terlalu menguasai masalah perikanan selain kesukaan saya akan ikan goreng balado buatan almarhum Ibu saya dan gulai kepala ikan sajian rumah makan Medan Baru di Krekot, sehingga terlalu mengada-ada kalau saya mencoba menganalisa apakah Ibu Susi Pudjiastuti memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam memimpin Departemen Kelautan dan Perikanan. Walaupun, seorang pakar kelautan ITB tempat saya belajar dulu jelas-jelas mengatakan kalau beliau bukanlah orang yang tepat.

Saya hanya bisa membagi cerita pengalaman saya dipimpin oleh seorang wanita Indonesia yang kebetulan pemilik perusahaan pelayaran tempat saya pernah bekerja dulu. Sama-sama perokok, sama-sama pekerja keras dan sama-sama sukses di bidangnya. Mantan boss saya ini, yang sekarang saya panggil Mbak, adalah Ketua Umum wanita pertama dari asosiasi pengusaha perkapalan Indonesia (INSA).

Punya seorang boss wanita, kita harus siap bekerja lebih keras dengan target yang jauh lebih tinggi. Tanpa bermaksud bias gender, seorang wanita yang telah mencapai keberhasilan seperti beliau, sudah hampir dipastikan telah bekerja beberapa kali lebih keras akibat dari tantangan dan tentangan yang ada.

Mungkin itu yang diharapkan oleh Jokowi-JK; bekerja jauh lebih keras dengan target yang jauh lebih tinggi.

Kembali ke Ibu Susi, dengan hanya memiliki ijasah SMP dan berhasil menapak menjadi salah seorang pengusaha sukses yang saya yakin jauh lebih sukses dibandingkan dengan pakar kelautan ITB yang saya sebut tadi, itu adalah sebuah keajaiban atau keberuntungan yang luar biasa.

Mungkin itu yang diharapkan oleh Jokowi-JK; keajaiban dan keberuntungan, karena telah lama kita hanya melihat laut sebagai tempat buang bala dan sesajen. Dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata-pun, Lintang yang punya bapak seorang nelayan digambarkan sangat miskin dibandingkan dengan Ikal yang bapaknya seorang buruh pabrik PN Timah.

Jokowi-JK bukanlah pemimpin bodoh dan mempunyai kemewahan untuk berkontroversi, marilah kita tunggu kerja keras dan keajaiban yang sudah lama kita nantikan.

Cuma satu pesan saya untuk Ibu Susi Pudjiastuti yang saya hormati, kurangi rokok Bu, “haters’ tidak akan membunuhmu, tetapi sesuai pesan pemerintah dimana Ibu sekarang adalah bagian dari itu : “Merokok Membunuhmu”…….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline