Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Hidup memang tentang sebuah keputusan. Untuk bertahan atau berlanjut.
Demikian pula untuk karir. Sudah berapa kali pemain Real Madrid yang berasal dari seteru abadinya, Barcelona. Luis Figo contohnya. Kepala babi menyasar ke stadion saat pemain Portugal itu kembali ke Camp Nou kandang Barcelona untuk membela Los Galaticos.
Figo tidak salah. Dan Barcelona juga tidak salah. Itu lah kehidupan.
Memang pedih atau sedih dialami ketika mengambil keputusan yang kontroversial. Namun Figo pun tetap baik-baik saja dan Barcelona? Malah punya Lionel Messi dan menjuarai tiga kejuaraan dalam satu tahun sekaligus pada tahun 2008.
Figo saya yakin saat berpindah ke klub yang paling dibenci fans Barcelona sudah berpikir seribu kali. Tidak mudah. Apalagi pada tahun 2000 itu Barcelona memang masih sedang butuh-butuhnya sosok pemain yang mampu mengobrak-abrik lini pertahanan lawan dari sisi kiri.
Figo mungkin mempunyai seribu alasan untuk bertahan di Barcelona waktu itu. 5 tahun di Barcelona bukan waktu yang singkat dan kenangan pasti banyak untuk memaksa bertahan.
Namun, satu alasan mementahkan seribu alasan itu.
Jika melihat fakta sosok yang juga pernah berkiprah di Inter Milan itu mencetak 14 gol dan 17 assist untuk Barclona pada tahun 2000. Catatan yang cukup bagus.
Figo pun ingin Barcelona menghargai kinerjanya. Meminta gaiji dinaikan adalah permintaan yang wajar dari Figo.
Namun tim asal Catalan menolak mentah-mentah Figo yang sudah berjibaku sejak 1995. Alasan Louis Van Gaal pelatih kepala Barcelona waktu itu performa Figo meskipun bagus tidak mampu membawa anak asuhnya meraih juara satu pun pada tahun 2020.
Figo terguncang jiwanya. Merasa kecewa kepada Barcelona. Dan pada saat bersamaan Real Madrid melihat keguncangan tersebut.