Tanah Senja
*LR
hujan menjawab geliat malam yang tampil malu-malu.
tak ada mantel, basah.
jika kulukiskan wajahmu laksana dewi-dewi.
apakah kau terkesima?
biar saja tanah senja di kediamanku menjawab.
kau disisiku ketika hujan mengurai airmata.
aku, hanya bisa menahan dingin.
basah bersama air yang mengalir dimatamu.
Padang, 19 Agustus 2011.
Ilustrasi: worldpress.com
Stadium Imut
jika kau bertanya tentang stadium?
lalu ku jawab; "ini bukan vonis Tuhan".
akut saja masih bernafas, tak usah risau Imut.
menghambalah kepada-NYA.
Padang, 22 Juni 2011.
Ini tanah TUHAN, kawan!
tak biar lukaku mengabu.
menyembah rupa yang dalam wujud tak pernah kusaksikan.
lalalalalala, lalalalalala, itu bukan kicau burung senja kala,
tapi senandung rindu mengahadap-MU.
ini tanah Tuhan, kawan!!! tak bergerak, tak berpijak.
melangkah kelam, mencari cahaya.
nyala api entah dimana?
ini tanah Tuhan, kawan!!! lukislah dengan darah dalam belanga.
Padang16 Juni 2012
Harus Menjawab Apa?
Kenapa diam?
Padahal tanya belum terjawab.
Seperti biasa.
Aku selalu bertanya-tanya, apakah menjawab atau balik bertanya.
Kau tau itu.
Ah, kadang kala aku menafsirkan tanya.
Tapi tidak menjawabnya. B
iarkan saja terurai dengan panas matahari.
Kau sendiri tau, tanya tak perlu di jawab dengan aksara.
Tapi, dengan hati.
Tak ada yang berbeda dari tanyaku, tapi kau masih diam!
-Boban Yr-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H