Kaget dan cemas, ketika saya membaca analisa ekonomi di Kompas pada tanggal 12 Oktober 2016 pada hal 26 berjudul "Makroekonomi: Plus dan Minus" [1]. Dengan headline pada artikel tersebut berbunyi :
"Ada beberapa gejala yang mencemaskan di tunjukan oleh perekonomian indonesia dalam beberapa tahun terkakhir. Gejala itu adalah kian menguatnya Indonesia masuk dalam perangkap pendapatan menengah ("middle income trap") serta kian tersingkir dan tertutupnya Indonesia dalam kancah perdagangan global. Kondisi ini ironis dengan posisi Indonesia sebagai salah satu perekonomian dunia, yaitu urutan sepuluh pada 2015. (kompas)"
seharusnya menjadi wake-up call atau alarm bagi Pemerintah dan Masyarakat yang sedang di sibukan dengan persoalan politik bahwa masa depan Bangsa yang terancam dalam sebuah jebakan ekonomi yang di sebut middle income trap yang bagi saya tidak lain dapat di artikan sebagai ancaman negara gagal.
Tidak dapat di sangkal lagi bahwa selama 15 tahun terakhir, setelah reformasi Indonesia sedang mengalami proses DE-INDUSTRIALISASI. Kontribusi manufakturing (industri non-migas) merosot terus dari 29,0% pada 2001 menjadi 20,7% pada 2016. Padahal seharusnya untuk sebuah negara dengan GDP di bawah $7000 seharusnya di kisaran 30% - 40%
Walaupun saya bukanlah seorang ekonom tetapi sebagai warga negara yang peduli, saya berkewajiban memaparkan masalah ini dan berharap dapat di share dan pada akhirnya dapat di baca oleh pengambil keputusan di Negara ini - Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisa apakah upaya yang sekarang di lakukan oleh Pemerintah akan dapat mengangkat pertumbuhan indistri pada 2025 sesuai dengan target RIPIN (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional)
Pertama, beberapa kutipan analisa Kompas tersebut antara lain :
Paragraf 4 :
Dari PDB per kapita nominal, Indonesia bahkan mengalami penurunan dalam tiga tahun terkakhir, demikian pula pendapat nasional bruto (Gross National Bruto/GNI) per kapita dua tahun terkahir di ukur dalam dollar AS. Indonesia sudah di salip Filpina pada 2015.
Paragraf 5 :
Indonesia sudah mengalami penurunan tingkat pendapatan per kapita pada saat pendapatan perkapita masih rendah. Di posisi ini Indonesia Indonesia berada dalam posisi bawah. GNI per kapita yang rendah dan tertatih-tatih ini kian menguatkan kekuatiran Indonesia terjebak perangkap pendapatan menengah karena dari pengalaman dan pola pertumbuhan yang terjadi di banyak negara selama ini.
Paragraf 6:
Di lihat dari GNI per kapita dalam dollar AS, probabilitas Indonesia masuk ke high income dalam 10 tahun hanya 9 persen sementara probabilitas masuk high income dalam 20 tahun 12 persen, dan probabilitas dalam 30 tahun hanya 18 persen. Artinya Sulit sekali bagi Indonesia keluar dari ancaman perangkap pendapatan menengah , kecuali di lakukan terobosan-terobosan