Lihat ke Halaman Asli

boa falakhi

Cakrawala di atas awan

Agama sebagai Energi Pembebasan

Diperbarui: 1 April 2018   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: rumah filsafat

Sejarah peradaban merupakan sejarah pergulatan untuk mewujudkan makna terdalam kebebasan. Dalam konteks ini, kebebasan yang dari berbagai halangan.

Misalnya, dari kungkungan determinasi alam ataupun kendala-kendala manusia yang belum menunjukkan makna terdalam atau kualitas sesungguhnya dari segala upaya manusia itu sendiri.

Kemudian timbullah pertanyaan mendasar yaitu bebas untuk apa? Jawaban dari pertanyaan inilah yang menelitik letak makna dan mutu kebebasan itu sendiri. Pada titik ini umumnya bebas diasumsikan sebagai kebebasan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi atau yang lebih sesuai dengan keluruhan martabat kemanusiaan.

Agama adalah sumber energi dahsyat yang mampu membebaskan manusia menuju tingkat martabat kemanusiaannya ke tingkat yang paling tinggi. Asumsi ini mengandung arti dari suatu defisini tertentu tentang agama dan Tuhan.

Agama pada dasarnya bersifat multi-faset dan kompleks. Agama biasanya dilihat sebagai sebuah aktivitas dari atas ke bawah, yaitu sebagai pewahyuan dari Tuhan kepada umat manusia, akan tetapi ada yang beranggapan bahwa suatu aktivitas yang bersifat terbalik yakni dari manusia menuju Tuhan.

Agama juga dapat dilihat dari dua sisi, yakni agama memang merupakan God's search for man, namun jika dilihat dari sisi fenomenologis yakni agama dilihat sebagaiMan's search for God, yang memiliki arti yaitu kemanusiaan yang mencari kepenuhan martabatnya dalam Tuhan.

Dalam sisi kedua, Tuhan dipandang sebagai sumber keutuhan, kreativitas dan keberartian terdalam bagi manusia, meskipin di sisi lain Ia memang juga mengatasi segala konteks kemanusiaan dengan arti lainnya Dia adalah Dia sendiri yang tidak pernah persis dapat kita ketahui dan mengatasi segala kategori kebahasaaan manusiawi. Lebih tepatnya, Tuhan adalah suatu sosok yang imanen sekaligus transenden.

Agama sebagai energi pembebasan adalahideal normatif dan tidak merupakan kenyataan yang real. Dalam kenyataan realnya, agama merupakan sumber aneka belenggu ketimbang sumber pembebasan.

Dilihat dari masa lalu pun menyatakan bahwa kenyataan peradaban-peradaban besar memang lahir dari agama-agama besar yang sebetulnya sudah menunjukkan bahwa terdapat interaksi ketat antara agama dan situasi zaman yang berubah-ubah. Dari sejarah masa lalu itu amat nyata bahwa agama itu sendiri bukan merupakan suatu sistem nilai sedemikian tetap, ketat dan kaku, kendati demikian tentu ada pulan unsur-unsur dasar yang tetap.

Sebaliknya, sejarah menunjukkan kemampuan adaptasi dan trasnformasi yang canggih dari agama-agama dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman, sekaligus memperlihatkan bobot nilai-nilai universal yang dikandung oleh agama-agama tersebut. Nilai universalitas dari agama-agama itu diujinya memang melalui interaksi kritis timbal balik antara cognitive framworks sistem-sistem keagamaan dengan cognitive frameworks setiap zaman.

Kritik Terhadap Agama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline