Water-ATM: Mesin ATM untuk membeli air bersih di India
[caption id="attachment_358614" align="aligncenter" width="368" caption="http://www.bloomberg.com/video/water-atms-bring-clean-water-to-new-delhi-aM5d5gBsRjGfzXTrTYlzww.html"][/caption]
India sebagai negara berpopulasi sangat besar, memiliki banyak kelebihan, dan tentunya juga kekurangan. Salah satu sisi negatip dari kepadatan penduduknya adalah kebutuhan akan air bersih yang menjadi sangat terbatas, terutama di kota-kota besar, bahkan di pedesaannya sekalipun.
Di daerah kumuh dari New Delhi (slump areas) kebutuhan air bersihnya dipenuhi dengan truk/ water tankers. Kira-kira tersedia sekitar 900 unit truk tanki penuh air berkeliling kota dan sekitarnya setiap harinya, bertujuan memasok komoditas vital tersebut kepada sekitar tiga juta penduduknya, untuk tujuan minum, memasak, mandi, atau bahkan... memandikan sapi. Mobil tanki tersebut berhenti hanya selama sekitar 15 menit di titik-titik tertentu dari pemukiman pada penduduk, dan dengan segera akan 'dikeroyok' para konsumennya. Maka pemandangan akan 'rebutan air', jerigen-jerigen yang berjajar, ibu-ibu rumah tangga, anak-anak kecil berkerumun, menjadi ilustrasi keseharian kehidupan di pagi hari di negara Caiya-Caiya itu.
Seorang ibu rumah tangga menuturkan bahwa mereka membutuhkan 200 - 300 liter per minggu untuk setiap keluarga.
Ternyata kepentingan akan air ini juga tampak pada daerah orang-orang berada (kaya) di Delhi. Namun tidak sama dengan daerah marjinalnya, peran air sebagai komoditas mahal ini tercermin pada tanki penyimpanan air yang dikunci/ digembok di halaman rumah mereka, untuk menghindari pencurian air. Wah.
Selain itu, ada juga keluarga-keluarga yang memasang semacam alat indikator air, yang diinstal di dinding dapur, misalnya. Seorang ibu rumah tangga mengaku hanya membuka saklar suplai air tersebut sekali, atau dua kali sehari, demi pengiritan sang air.
Inilah akibat dari buruknya kualitas air sungai Yamuna yang melewati kota Delhi tersebut, yang sangat terkontaminasi sehingga tak layak kebersihannya, sampai-sampai biota air juga sudah tak mampu bertahan hidup di perairan tersebut. Walau melalui proses penjernihan sekalipun, kondisi air sumber tersebut tetap saja tak pantas dikonsumsi, ditinjau dari segi higienitasnya. Ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, yang tidak diimbangi infrastrukturnya.
Minimnya akses warga India di New Delhi kepada air bersih inilah yang membuat Pemerintah mencarikan solusinya. Apalagi setelah dikaji, ternyata air terbuang/ inefisiensi dari sistem pengantaran air melalui mobil tangki mencapai lebih dari 14%.
Gagasan oleh Delhi Jal Board, atas water-ATM akhirnya diwujudkan. Harganya dibuat murah, agar terjangkau masyarakat. Di Delhi hampir sekitara 30 Water-ATM telah dipasang, rencananya akan menyusul sekitar 500 ATM lagi. Sedangkan di Sarvajal telah diinstal 15 unit mesin ATM-nya air bersih ini.
Harga yang dikenakan, tampaknya beragam. Ada yang bertarif 15 paise, atau 30 paise per token. Sedangkan setiap customer dibatas 20 liter untuk setiap 'transaksi' hariannya. Ada juga yang menggunakan kartu, untuk pengambilan 20 liter air sebesar Rs 5 (Rupees / Rs/ Re/ INR) atau setara Rp 1.000 per hampir satu galon (19 liter) air di negara kita.
Rs 1 = US$ 0,016 = Rp 190 (dibulatkan Rp 200 )
Rs = 100 paise
Sebagai perbandingan, air mineral kemasan ukuran 1,5 liter di India cukup normal, yakni dibandrol sekitar US$ 0,36 (Rp 5.000-an).
http://www.bbc.com/news/world-asia-28467836
Selain itu, terdapat juga grup non-profit Vandana Foundation and Aquakraft yang bekerja sama di dalam memasok water-ATM dengan sebutan 'AQUATM' . Mereka mampu menyalurkan 1000 liter per harinya dengan harga Re 1 per liter atau sekitar kurang dari Rp 200. Cara pembayarannya pun dengan sistem kartu prabayar (prepaid card).
Sudah pasti banyak kaum ibu rumah tangga yang menyambut gembira bukan alang kepalang karena perbedaan harga yang cukup jauh dari dana yang harus dikeluarkan mereka sebelumnya. Seorang ibu menuturkan bahwa sebelum Water-ATM didirikan, pengeluaran untuk air mineral per liternya berkisar 30 - 40 rupee, kini bisa ditekan menjadi setengah rupee saja. Asalkan wadahnya bawa sendiri.
Namun banyak juga pihak yang masih masygul tentang kelangsungan program ini karena harganya yang dianggap terlalu murah, jauh dibawah harga keekonomiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H