Lihat ke Halaman Asli

Menyongsong MEA 2015 Adalah Tugas Bersama

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139927490115151390

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan segera hadir di depan mata. Lalu, apa yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah dan SDM Indonesia untuk menghadapinya? Padahal bila kita kalah dalam hal persiapan saja, tentunya  kita tidak akan pernah mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Yang perlu disadari dan dipahami oleh semua pihak sebenarnya mengenai akar permasalahan apa saja yang ada dalam perekonomian kita. Beberapa sektor perekonomian kita masih tertinggal oleh negara-negara tetangga. Kita mungkin memang sadar akan hal ini, tapi kapan kita mau bergerak untuk mengevaluasi serta memperbaikinya? Karena sebenarnya, kalau bukan sekarang, mau kapan lagi?

Dari satu artikel yang muncul di Finance.detik.com, dikabarkan jika pemerintah perlu membentuk sebuah komite yang berperan sebagai dapurnya MEA. Komite ini nantinya akan memberi masukan mengenai apa saja hambatan yang ada, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan agar Indonesia dapat lebih kompetitif dengan negara lain. Lebih lanjut, Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, juga mengingatkan bahwa MEA ini sudah di depan mata dan Indonesia sangat perlu untuk terjun di dalamnya.

Mengutip Hatta Rajasa,

"Kita tak bisa mengatakan tidak siap karena itu sudah di depan mata kita dan sudah berjalan komitmen. Yang paling penting adalah kita terus meningkatkan daya saing kita. Karena ada empat pilar di situ. Pertama, pasar tunggal. Kedua, daerah berdaya saing. Ketiga, equitable development. Keempat, integrasi ke ekonomi dunia. Nah, dari sini kita harus meningkatkan daya saing kita."

Sebagai contoh, salah satu industri perekonomian yang mesti disorot adalah industri perbankan. Akhir-akhir ini banyak muncul berita mengenai pro dan kontra akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Seperti kita tahu, ini merupakan wacana yang digelontorkan oleh Meneg BUMN, Dahlan Iskan, terkait konsolidasi perbankan. Menurutnya, hal ini merupakan jalan untuk mempersiapkan MEA di tahun mendatang. Karena dengan jalan inilah, Bank Mandiri akan menjadi bank yang memiliki aset dan modal besar, yang bisa ikut bersaing di kancah ASEAN. Dan mungkin memang perlu dicatat, kalau Bank Mandiri hanya menduduki peringkat ke-8 se-ASEAN hingga saat ini. Peringkat ke-1? Adalah DBS Group Holdings, asal Singapura. Maka bayangkan jika Bank Mandiri tidak diperbesar. Tahun depan perbankan kita mungkin saja akan dijajah oleh bank-bank asing bermodal kuat.

Lalu apa untungnya bagi BTN? Padahal selama ini kita tahu BTN adalah bank yang konsisten menyalurkan kredit perumahan bagi masyarakat kelas menengah. Namun sayangnya, kredit macet terus melanda BTN (baca: Bisnis.com). Tugas BTN sendiri tidak akan tercapai jika masalah kredit macet ini terus ada. Banyak pengamat ekonomi dan perbankan beropini jika BTN memang perlu diperkuat dari sisi permodalan. Dan konsolidasi dengan Bank Mandiri, adalah jalan yang win-win solution bagi semua pihak.

Semua pihak atau stakeholder tentunya harus sadar, jika upaya konsolidasi ini adalah demi kebaikan bersama. Pemerintah, yang berperan sebagai regulator, sudah saatnya turut memberikan gambaran ini kepada masyarakat luas, dalam rangka menyambut MEA. Namun tentu saja bukan hanya tugas pemerintah semata, pihak-pihak lain pun harus melek akan kondisi ini. Jika semuanya sudah sama-sama melek, sinergisitas antar stakeholder akan terjalin. Kalau sudah begini, tentunya akan mudah menggodok kebijakan baik menjadi sebuah realisasi.

Sekali lagi, pasar bebas ASEAN akan berlaku mulai tahun depan, 2015. Sudah siapkah Indonesia, jika kebijakan baik saja sangat sulit direalisasikan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline