Seni hadrah, sebuah tradisi yang menggabungkan seni musik dengan spiritualitas, telah menjadi bagian penting dari kehidupan keagamaan di Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, terdapat satu organisasi yang menjadi penggerak seni ini, yaitu ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Indonesia). Didirikan dengan semangat dakwah dan pelestarian budaya Islam, ISHARI telah melekat dalam kehidupan masyarakat, namun sejarah dan perjuangannya perlahan memudar dari ingatan, meski kontribusi para pendirinya sangat besar.
Kegiatan ISHARI yang semula terbatas di Masjid Al-Falah segera menyebar ke desa-desa tetangga seperti Desa Mojopuro Kulon dan Desa Bungah. Berkat semangat dan kegigihan Haji Abdus Salim, seni hadrah berkembang pesat di berbagai pelosok Kecamatan Bungah. Setiap desa mulai membentuk kelompok hadrah yang rutin mengadakan latihan dan tampil dalam berbagai acara keagamaan serta perayaan masyarakat.
Sosok Haji Abdus Salim memiliki peran penting dalam menyebarkan dan melestarikan seni hadrah di Kecamatan Bungah. Beliau tidak hanya seorang pemimpin, tetapi juga visioner yang ingin menjaga tradisi keagamaan melalui seni. Di bawah bimbingannya, ISHARI tidak hanya berkembang secara kuantitas, tetapi juga kualitas, dengan kelompok-kelompok hadrah yang semakin matang dan profesional.
Namun, sejarah panjang ini mulai terlupakan. Generasi muda yang kini terlibat dalam ISHARI mungkin tidak sepenuhnya memahami bagaimana gerakan ini bermula dan siapa tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pendiriannya. Padahal, kontribusi tokoh seperti Haji Abdus Salim sangat besar dalam membangun fondasi spiritual dan budaya di Kecamatan Bungah.
Mengingat jasa-jasa para tokoh ISHARI, seperti Haji Abdus Salim, adalah salah satu cara untuk menjaga semangat yang telah dinyalakan sejak dekade-dekade silam. ISHARI bukan hanya sekadar kegiatan seni, tetapi juga warisan budaya yang memiliki nilai spiritual dan historis mendalam bagi masyarakat Bungah dan sekitarnya. Sebagai bagian dari identitas keagamaan dan budaya, ISHARI harus terus diperkuat agar tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sesuai dengan semangat zaman, tanpa melupakan akar tradisinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H