Suasana kampung menjadi sunyi menjelang ba'da magrib. Kesunyian layaknya kuburan, dari ujung ke ujung kampung. Tak ada warga berani membuka daun pintu. Walaupun sekedar duduk-duduk diteras rumah.
Biasanya kampung ini selalu ramai. Anak-anak kecil berlari kecil meninggalkan surau setelah sholat magrib. Dan pergi kerumah guru ngajinya. Para orang tua bercengkrama dan bersenda gurau diteras rumah. Sambil menikmati secangkir kopi dan sepiring singkong rebus.
Warungpun sibuk melayani pembeli. Hanya warung kecil berjualan sembako. Terlihat penjual menimbang beras sambil bercerita saat melayani pembeli.
Diseberang warung yang ramai pembeli itu terlihat rumah nenek jamah yang sangat kontras. Sepi, gelap hanya ditemani sebuah lampu lentera. Nenek tua itu hanya ditemani puluhan kucing berwarna hitam.
Entah mengapa nenek tua yang dipanggil warga kampung dengan sebutan nenek jamah, menyukai kucing berwarna hitam. Dari seberang jalan terlihat bola-bola mata kucing bercahaya, membuat bergidik yang menatapnya.
***
Konon, cerita orang tua dikampung ini, nenek jamah sudah dua kali mati. Namun hidup kembali. Entah ilmu apa yang dimilikinya. Dikematian pertamanya, saat orang duduk disekitar mayatnya, nenek jamah bangkit kembali. Ia langsung terduduk. Dan membuat orang yang melayat lari tunggang langgang.
Julak Shaleh yang dikenal tetua kampung dan orang pintar, menenangkan warga kampung yang berlarian. Beliau menenangkan warga yang ketakutan.
"tenang, tidak usah takut. Nenek Jamah belum mati. Beliau bangun lagi, karena hanya mati suri" ujar julak Shaleh.
"Tapi nenek jamah, dari kemarin sore sudah terbaring layaknya orang yang sudah meninggal, julak?". Kata Mang Udin sambil tubuhnya gemetar.
Beberapa orang warga yang tadi berlarian mulai tenang. Dan kembali mendekat ke rumah nenek jamah. Nenek itu memang terlihat misterius. Ia menatap warga kampung dengan tajam. Badannya kurus kering. Dan sedikit terbungkuk bila berjalan.