Pak Guru Darmini menatap kaca buram dibalik jendela
bulir-bulir air hujan mengabut kaca
menambah kabut dimatanya, yang mulai melamur karena usia
usianya telah mencapai kepala lima
kurang setahun lagi dia harus pensiun tanpa uang pensiun
Pak Guru Darmini hanya seorang guru honorer tanpa pesangon
Dia tinggal di sebuah gang buntu dikelilingi dinding beton
hujan di sore hari, membuat pak darmini mengenang kehidupan
Masa lalu hidupnya ...
berjuang dari waktu ke waktu sebagai seorang guru
dari wiyata bakti, harapan menjadi guru bantu..
tak jua menghampirinya...
menjadi seorang pns terasa hanya sebuah mimpi
apalagi menjadi tenaga PPPK diakhir pengabdiannya
Pak Guru Darmini menghela napasnya..
sudahlah..
Darmini sampai disinilah pengabdianmu
jangan hanya tak diangkat pns atau PPPK dirimu kecewa
toh menjadi guru adalah memberikan ilmu yang bermanpaat
dalam kalimat suci, mengamalkan ilmu bermanpaat adalah amah jariah
amal yang dihitung dan bermanfaat setelah mati
jangan...
iklasmu tercemar hanya kekecewaan
jangan buntu layaknya gang buntu tempat tinggalmu
mungkin Tuhan tak menjadikanmu guru bantu, pns, atau PPPK
karena Tuhan lebih tau itu lebih baik bagimu...
Puisi pertama
Samarinda, 19 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H