Lihat ke Halaman Asli

Riduannor

TERVERIFIKASI

Penulis

Penusukan OTK Meresahkan dan Cara Menghindari Jadi Sasaran OTK

Diperbarui: 27 Oktober 2022   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaku penusukan OTK di sebuah hotel di semarang menghadiri jumpa pers di Mapolrestabes Semarang, Kamis (20/10/2022) (KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah)

Sepekan terakhir, penusukan Orang Tidak Dikenal (OTK) kian meresahkan. Kejadian di Cimahi, bogor dan serang yang dilakukan OTK, modusnya hampir sama. Menyerang, menusuk dan melukai, kemudian melarikan diri. Anehnya pelaku, tidak mengambil barang korban, layaknya perampokan, jambret, atau kejahatan jalanan lainnya. Apa sebenarnya yang diinginkan OTK?

Dari berita televisi, dan media online dikatakan penusukan OTK pertama terjadi di Cimahi korbannya seorang bocah SD Kelas 6 berinisial PS (12), yang berjalan kaki pulang dari mengaji. 

Ada juga seorang Mahasiswa berinisial TZ atau Lia (20) warga bogor ditusuk  di rumahnya sendiri oleh seorang pria yang menyaru sebagai petugas sensus kependudukan.

Ada lagi seorang pria berinisial MN(37) warga kebaharan, kota Serang Banten tewas ditusuk OTK sepulang menunaikan sholat jum'at. Ada beberapa luka tusuk ditubuhnya, yang mengakibatkan MN tewas.

***

Penusukan OTK yang meresahkan Warga

Kejadian yang sama, juga terjadi di beberapa daerah lain. Motif dan tujuan pelaku masih didalami oleh pihak kepolisian dari beberapa pelaku yang tertangkap.

Apapun alasannya, kejadian penusukan di jalan, di rumah sendiri, bahkan saat selesai beribadah sangat meresahkan warga sekitar lingkungan kejadian.

Untuk daerah tempat tinggal penulis sampai saat ini tidak ada kejadian penusukan OTK. Dan semoga tidak ada, sehingga suasana saat kita bepergian di jalan menjadi aman. 

Tapi bukan berarti membuat kita lengah dan tidak waspada. Kejadian yang sering ramai di Kota Samarinda beberapa waktu lalu adalah penculikan anak yang dilakukan OTK. Sehingga sempat resah orang tua murid. 

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sekolah meminta kepada paguyuban orang tua murid dan Komite sekolah menjemput anaknya 5-10 menit sebelum pulangan sekolah.

Pemanpaatan media sosial Whatsaap untuk berkomunikasi dengan orangtua (pixabay)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline