Pengalaman pribadi, saat di rantau menjadi guru dengan lokasi tugas berpindah-pindah. Bertetangga baik tinggal di desa ataupun di kota sudah dirasakan.
Tetangga di Desa atau di Kampung
Tetangga merupakan orang terdekat, setelah keluarga. Bila di rantau, tetangga bisa menjadi saudara melebihi keluarga sendiri yang jauh dari kampung halaman.
Kalau kita sakit, atau mengalami kesulitan, tetanggalah orang pertama yang dimintai bantuan. Misalnya saat isteri melahirkan di malam hari, tetangga yang mempunyai kendaraan roda empat, bisa membantu ke rumah sakit untuk bersalin.
Saat tinggal di desa atau kampung, dengan jumlah penduduk yang sedikit. Semua warga adalah tetangga. Karena kehidupan di desa, masyarakatnya hidup dengan guyup dan rukun.
Bila ada permasalahan di desa, di selesaikan dengan rembug desa. Warga bergotong royong, bahu membahu membersihkan jalanan, membuat parit, ataupun memperbaiki pompa air yang rusak.
Ketika penulis baru pindah di desa yang penduduknya tidak terlalu banyak, rumah yang akan di tinggali, diperbaiki dan direhab warga secara bergotong royong.
Di pimpin Kepala Kampung, warga serentak bergotong royong sehingga rumah yang tadinya tidak layak ditempati oleh penulis, menjadi baik dan nyaman untuk ditempati.
Lampu penerangan, ketika malam hari di sambungkan dari rumah Pak RT yang juga tetangga penulis yang rumahnya berada di depan persis di seberang jalan.
Iuran bulanan lampu, dibayarkan setiap bulannya mengikut rekening listrik Pak RT, yang ditetapkan sebesar Rp.100.000 perbulan. Sedangkan kebutuhan air, ikut membayar dengan tetangga di sebelah kiri rumah yang bertugas mengalirkan pompa air ke rumah-rumah warga setiap seminggu sekali.