Lihat ke Halaman Asli

Riduannor

TERVERIFIKASI

Penulis

Panjat Pinang Penutup dan Pemuncak Lomba, Jejak Kolonial yang Menjadi Tradisi di Setiap HUT Kemerdekaan RI

Diperbarui: 24 Agustus 2022   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah warga mengikuti lomba panjat pinang kolosal dipantai carnaval Jaya Ancol Jakarta utara (Kompas.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Hampir seluruh daerah di wilayah NKRI, di saat Hari Kemerdekaan mengadakan lomba-lomba, dalam rangka memeriahkan HUT RI. Berbagai macam kegiatan dilaksanakan, mulai tingkat sekolah, lingkungan RT, Kelurahan, kecamatan, Kabupatan/kota, dan  kantor instansi pemerintah dan swasta pun tidak mau ketinggalan.

Uniknya setiap lomba memeriahkan kemerdekaan RI, diisi dengan berbagai acara, yang kegiatan lombanya, hampir mirip dan seragam di berbagai daerah. Misalnya lomba balap karung, tarik tambang, membawa kelereng dalam sendok, sepakbola menggunakan sarung dan daster yang dilakukan bapak-bapak.

Lomba joget, bagi ibu-ibu, memasukkan pulpen ke dalam botol, dan berbagai lomba lainnya. Semua lomba di adakan, memang untuk menciptakan suasana meriah dan semarak di tiap lingkungan perumahan, sekolah, dan instasi pemerintah dan swasta. 

Sejarah panjat pinang

Ada satu lomba, yang setiap memeriahkan HUT RI, menjadi pemuncak di semua  lomba yaitu panjat pinang. 

Panjat pinang zaman belanda | sumber poto : javalover.pinterest.com

Panjat pinang, pertama kali diperkenalkan oleh kolonial belanda, pada masa penjajahan zaman dulu, dengan nama "de Klimmast", yang artinya memanjat tiang. 

Lomba panjat pinang, diadakan orang belanda, saat mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan. Selain itu panjat pinang juga diadakan, untuk merayakan ulang tahun ratu Belanda, yaitu Ratu Wilhelmina.Dan yang mengikuti lomba adalah orang pribumi.

Pada masa kolonial, hadiah yang diperebutkan adalah bahan pokok seperti beras, roti, gula, tepung dan pakaian. Dengan adanya hadiah berupa bahan sembako tersebut, membuat penduduk pribumi, sangat antusias mengikuti lomba.

Karena barang-barang yang di jadikan hadiah panjat pinang, di era penjajahan belanda, sebagai barang mewah bagi masyarakat Indonesia yang saat itu hidup serba kekurangan, ditengah kemelaratan dan kemiskinan, dibelenggu penjajah.

Bersusah payah orang pribumi, memanjat dan meraih hadiah dengan pohon pinang, yang diberi pelumas dan oli. Sementara orang-orang belanda hanya menonton dari bawah.

Orang belanda, menganggapnya sebagai lelucon, dan menertawakan ketika ada orang yang terjatuh. Bahkan tertindis, dan tertumpuk oleh sesama temannya, yang melorot kebawah karena licinnya pohon pinang yang diberi pelumas dan oli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline