Lihat ke Halaman Asli

Riduannor

TERVERIFIKASI

Penulis

Filosofi Minyak Goreng, "Sudah Naik, Sulit Turunnya"

Diperbarui: 20 Juni 2022   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi minyak goreng. (sumber: money.kompas.com)

Bicara, minyak goreng, tidak pernah habisnya. Salah satu dari kebutuhan pokok, yang paling diburu emak-emak, ini sempat membuat antrean dimana-mana.

Bahkan, ada seorang ibu meninggal dunia, saat antre minyak goreng di Samarinda. Banyak warna cerita, mengikuti kenaikan minyak goreng dalam kurun waktu beberapa bulan ini.

Ibarat drama korea (Drakor), minyak goreng, tiba-tiba langka. Setelah penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET), oleh Pemerintah sebesar Rp.14 ribu. 

Dicari dimana-mana, harga sesuai HET, minyak goreng susah ditemukan. Di pasar, di swalayan, Mall, semua pada kosong. Kalaupun, ada, yang terjadi adalah antrean panjang di depan pintu-pintu pusat belanja, yang ada menjual minyak goreng. 

Beberapa waktu kemudian, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mencabut kebijakan mengatur harga minyak goreng kemasan sesuai HET. Dengan alasan, menghindari penimbunan, tindakan curang dari oknum, sehingga minyak goreng langka.

Tapi aneh bin ajaib, setelah kebijakan di cabut, hanya menghitung hari, minyak goreng membanjiri etalase, swalayan, mall, dan tempat belanja lainnya. 

Bahkan ada beberapa emak-emak, yang kurang update berita, melihat minyak goreng berjejer di rak sebuah swalayan, main borong saja, 4-5 bungkus ukuran 2 liter. Dan memasukkan kekeranjang belanjaan.

Tapi begitu membayarnya dikasir, mereka terkaget-kaget. Mereka harus membayar, Rp.52 ribu perdua liter migor kemasan yang mereka ambil. Bahkan sempat terjadi perdebatan kecil, kenapa migor sekarang jadi mahal. Apa sudah naik?, apa dinaikkan sendiri?, tanya emak-emak.

Namun, mereka jadi malu sendiri, setelah mendengar penjelasan kasir swalayan. Migor, dikembalikan ke raknya. Beberapa waktu lalu, pemerintah telah mencabut HET, dan mengembalikan harga migor sesuai mekanisme pasar.

Memang migor kemasan, sempat bertengger perkasa, diharga Rp.20-25 ribu perliter. Kemudian, warga masyarakat, terutama emak-emak melirik minyak goreng curah, yang harganya di atur oleh pemerintah Rp.14 ribu. 

Apa itu minyak goreng Curah?

Migor curah, adalah minyak goreng sawit, yang tidak dikemas dan tidak memiliki label, atau merek tertentu. Migor curah bukanlah barang baru, bagi rakyat kecil. Tapi sudah beredar lama, dipasar tradisional. Yang di pasarkan dalam kaleng besar, 25 liter, atau bisa juga di dalam drum plastik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline