Paylater merupakan fitur transaksi digital, yang diberikan aplikasi kekinian yang lagi digemari para sosialita dan pencinta belanja online. Mudahnya berbelanja, hanya main klak-klik, dalam satu genggaman membuat daya kontrol kita berkenaan dengan keuangan bisa melemah.
Banyak tawaran diskon, di hari belanja nasional, cuci gudang, diskon besar-besaran, gratis ongkos kirim, bla..bla..bla.. yang disuguhkan aplikasi belanja online dengan berbagai kiat promo menarik konsumen, membuat alam bawah sadar menjadi-jadi untuk belanja, dengan seribu macam kemudahan yang ditawarkan.
Di Indonesia, paylater yang penulis ketahui dari beberapa aplikasi belanja online difasilitasi dan disediakan oleh bank, lembaga pembiayaan, ataupun fintech.
Penulis juga menggunakan aplikasi transaksi digital untuk belanja makanan, transportasi, dan kebutuhan lainnya dari berbagai aplikasi tertentu, namun sampai hari ini belum mempunyai paylater.
Karena saya lebih senang ketika ingin berbelanja disalah satu platform aplikasi transaksi digital, mentransfer dulu sejumlah uang dari M-banking yang penulis miliki dari bank B, aplikasi pembayaran online dari merek O, L aja. Yang merupakan 2 aplikasi yang paling sering penulis gunakan, dan terasa mudah untuk digunakan dalam proses pembayaran belanja online di toko P, Bb, Sp.
Sengaja penulis hanya menyebutkan inisial menghindari promosi satu merek aplikasi belanja digital. Tapi penulis yakin pembaca, mengetahui yang dimaksudkan.
Mengapa saya tidak menggunakan paylater saja dalam pembayaran, daripada cash online digital?
Pada awalnya penulis juga sangat ingin sekali memiliki salah satu paylater yang ditawarkan oleh jasa penyedia pinjaman online yang sudah tersemat di berbagai aplikasi transaksi digital yang sudah ada di HP. Tapi hal tersebut penulis urungkan, dengan berbagai pertimbangan. Karena memang penulis juga tergolong orang yang mendang mending. Ada 3 hal yang membuat penulis, melakukan pertimbangan tersebut yaitu:
Paylater hanyalah pinjaman dengan sejumlah bunga yang lumayan tinggi