Lihat ke Halaman Asli

Deen Fawz

Liberte, egalite, Fraternite

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah...

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

saat ngobrol bersama kawan yang biasa saya panggil iponk, muncul kembali ingatan saat-saat saya masih kuliah dulu. salah seorang kawan saya, satu kelas mengajak saya kemping digunung. saat itu semester 1. masih ingat betul namanya rojak, badannya kecil tapi menjerumuskan saya ke arah yang buram.

saat berangkat, saya pikir akan terjadi pesta meriah. ternyata tidak. digunung sana tiba-tiba jam 4 pagi saya dibangunkan oleh senior, disuruh mandi bareng-bareng, sikat gigi bareng-bareng, dan kurang ajarnya lagi, baru selesai sikat gigi dengan cara yang paling jorok, setelah itu langsung di suruh orasi.

melakukan sumpah setia kepada bangsa sebagai mahasiswa yang akan menjadi Pelopor di lingkungannya.
1. kami mahasiswa indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
2. kami mahasiswa indonesia bersumpah, berbangsa satu bangsa yang cinta keadilan
3. kami mahasiswa indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa kebenaran tanpa kebohongan

ah...rasa-rasanya kawanku Iponk ini membuat naluri lama muncul kembali. naluri untuk mengorganisir, mengarahkan dan secara sadar menguasai untuk tujuan "tertentu".

jadi teringat Materi tentang sejarah gerakan Mahasiswa, sejarah gerakan rakyat, bicara marxisme, sosialisme, islamisme, humanisme, dan...............................semuanya menjadi utopi sampai muncul 2 anak saya.
seorang anak laki-laki yang cerdas, walaupun sedikit nakal Raja Adya Fatiha
dan seorang anak perempuan yang tomboy dan kriting namun tak kalah pintar dengan kakaknya yang saya beri nama Hilya Quinsha.

terbayang oleh saya beranjak remaja saya akan mendongeng tentang sejarah gerakan rakyat indonesia, yang menggebu-gebu, juga sejarah gerakan Rasulullah muhammad SAW yang menggebu-gebu. cita-cita pergerakan nasional yang saya sendiri tidak menitipkan ideologi apapun selain kebencian terhadap liberalisme (yang bagi saya di wakili oleh yahudi dan nasrani).

2 anak saya yang cantik dan gagah mendengarkan dengan seksama, penuh pertanyaan yang detil sampai saya sendiri kewalahan untuk menjawabnya diakhiri dengan aksi individu yang nyata oleh kedua anak saya.
mungkinkah kedua anak saya akan menjadi pelopor untuk agama, bangsa dan negara ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline