Lihat ke Halaman Asli

Duduk di Depan

Diperbarui: 13 Februari 2019   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dimana-mana saya mengajar, hampir pasti yang punya nilai bagus adalah mahasiswa yang duduk di bagian depan.

Dari fakta ini muncul hipotesis, apakah mahasiswa cerdas memang cenderung memilih duduk di depan, atau duduk di depan menjadikan mahasiswa lebih cerdas.

Bagi saya, kedua hipotesis tersebut sama ada benarnya.

Mahasiswa yang cerdas sadar bahwa secerdas apapun dia, kalau tidak mendengar penjelasan dosen dengan baik, kalau hanya mengandalkan kopian catatan teman, maka dia tak akan dapat kemistri kuliah yang diajarkan. Tanpa kemistri, semangat belajar akan turun karena banyak missing link, alias banyak bagian pelajaran yang tidak jelas. Tanpa semangat dan tanpa pemahaman, siap-siap dapat nilai jelek.

Bagaimana dengan mahasiswa yang otaknya biasa saja tapi memaksakan diri duduk di depan? Walaupun mungkin tak mendapat nilai sempurna, tapi nilainya biasanya akan bagus. Dengan duduk di depan, segalanya lebih jelas, lebih terang, dan lebih dipahami. Pada akhirnya, mereka akan lancar mengerjakan ujian.

Tampaknya, bangku depan memang memiliki feng shui baik. Baik bagi yang cerdas, maupun bagi yang biasa saja. Dan seharusnya menjadi rebutan.

Tapi apa kenyataannya?

Di banyak kelas saya memperhatikan, mahasiswa cerdas berebut duduk di depan. Sedangkan mahasiswa yang prestasinya biasa saja atau cenderung jelek, senang duduk di belakang. Mereka lebih memilih duduk di belakang mungkin karena bisa leluasa ngobrol, corat-coret, bahkan leluasa tidur ...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline