Lihat ke Halaman Asli

Blitarian

Menulislah, walau sebaris kalimat

Mengatasi Tawuran Pelajar

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita menutup 2012 dengan beragam permasalahan yang masih menggelayut, utamanya di bidang pendidikan bagi para remaja, generasi yang kita yakini akan mewarisi negeri ini di masa depan. Kematian pelajar SMA 70 oleh pelaku yang juga pelajar, dari SMA 6, diikuti oleh kematian pelajar SMK oleh pelajar SMK lainnya di Jakarta Timur, beberapa waktu yang lalu, tentu masih segar dalam ingatan kita. Persidangan kepada mereka yang bersalah pun barangkali saat ini masih berjalan (semoga). Tapi, bukan itu cuma satu-satunya poin yang ingin kita angkat. Bila kita ingin, kejadian itu adalah yang terakhir, harus ada solusi radikal yang kita hadirkan. Keputusan penting dan strategis harus diambil. Bila tidak, yakinlah di 2013 hal yang sama akan terjadi. Kita hanya bisa berdoa, itu tidak terjadi pada anak kita sendiri. Kalaulah itu terjadi pada anak tetangga, kita hanya bisa berbela sungkawa, alangkah malangnya nasibmu tetanggaku ...harusnya ini tidak terjadi apabila pemerintah telah mengambil langkah cerdas.
Langkah cerdas dan radikal apa yang perlu diambil oleh pemerintah:
1. Hapuskan Seragam sekolah. Apa gunanya seragam buat anak sekolah? Apa hubungan antara kualitas pendidikan dengan seragam? Steve Jobs, Mike Zuckeberg, Sergey Brin adalah orang2 hebat dari dunia teknologi, yang menghasilkan banyak uang dan manfaat bagi banyak orang, mereka lahir dr sekolah yang tidak mewajibkan seragam bagi anak didiknya. Ditambah lagi, jelas bahwa seragam sekolah di Indonesia itu hanya membawa efek negatif karena menjadi penanda identitas, menjadi pemicu terjadinya tawuran. Jadi, langkah yang sederhana tapi cerdas ini harus diambil oleh pemerintah. Hilangan sekat antar pelajar dengan menghancurkan identitas fisik mereka berupa seragam sekolah. Bangun identitas baru mereka melalui prestasi dan kompetisi yang sehat.
2. Berlakukan hukuman yang mendidik. Kita tahu bahwa variasi hukuman pidana dalam sistem hukum kita amatlah terbatas. Terpidana hanya dikenai hukuman kurungan di penjara yang makin lama makin terbatas kapasitasnya dan makin melemah pengawasannya. Sering kemudian kita jumpai mereka yang baru lepas dari penjara malah lebih pintar jadi penjahat. Ini tidak baik. Para pelajar yang menjadi terpidana, harus dihukum dengan hukuman yang mendidik. Indonesia memiliki banyak pulau, dan ribuan kilometer perbatasan. Perlu kita fikirkan untuk memperkenalkan hukuman kerja sosial, dengan menerjunkan para terpidana ini ke lapangan, membangun jalan, selokan, jembatan. Jam kerja mereka dihargai, jatah makan disediakan, ditukar dengan kerja fisik mereka. Ini akan memberikan pengalaman luar biasa. Hikmah kejiwaan yang akan membekas ke dalam sanubari mereka. Sisi positifnya adalah, daerah perbatasan kita akan ramai oleh kerja2 fisik, lama2 akan ramai oleh masyarakat dan muncul dinamika ekonomi. Tidak perlu dibayangkan sebagai sebuah kerja rodi seperti jaman kolonial, ini kerja sosial yang ringan. Tapi memang harus turun ke lapangan. Mungkin mereka akan kerja sebagai pencatat aktifitas, merapikan data, menginput ke dalam sistem database jalan nasional, atau sekedar bantu kerja di dapur. Apapun, yang penting ada produktifitas yang dihasilkan. Sisi positif lain adalah, beban LP akan turun, karena banyak narapidana turun kerja sosial di lapangan.

Saya rasa, dengan 2 langkah cerdas dan radikal di atas, kriminalitas pelajar akan turun. Resep itu juga manjur buat menangani preman jalanan, seperti yang kemarin membajak angkot dan membunuh satu penumpang di jakarta timur. Coba dijalankan dulu, dan nanti 31 Des 2013 kita evaluasi lagi. Dengan begitu, kita moving on progress, tidak moving around around alias putar2 saja.

Salam sukses 2013. Semoga rejeki tambah melimpah dan berkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline