Lihat ke Halaman Asli

Merindukan Mu

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua puluh tahun sudah berlalu tanpa kehadiran mu, tanpa diri mu di sisiku. Tak terasa waktu begitu cepat bergulir mengiringi kepergian mu. Ingin ku memutar mundur waktu supaya dapat hidup lebih lama lagi bersama mu. Begitu lekasnya diri mu meninggalkan ku ketika umurku pun belum sepenuhnya mengerti sosok mu bagi kehidupan. Namun dapat kurasakan kesedihan dan kehilangan dirimu sunggu membuatku tak nyaman. Akupun menangis dan mulai merasa sepi tanpa ada kamu.

Setiap hari dirimu selalu mendampingi, selalu merawat dan memprhatikan ketika ku mulai terlelap saat malam tiba. Saat para nyamuk mulai menggigiti bagian dari tubuhku pun kau tak tinggal diam, selalu terjaga agar aku terhindar dari serangan nyamuk yang ganas. Ketika ku mulai sakit dan badan kupun panas, kau segera berlari ke kulkas mengambil alat kompres untuk kau tempelkan pada dahi ku.
Masih begitu lekat ingatan ku tentang dirimu akan semua ini, seolah kau masiih ada bersamaku saat ini. Masih kental ingatanku akan godaanmu menjelang saat ku tidur di malam hari. Masih teringat jelas di otakku bagaimana kau bercanda denganku, masih tergambar jelas dimataku saat kau memberikan nasihat pada ku dan kakak ku. Masih terbayang di pikiranku bagaimana kau memukulku dengan menunjukkan ketegasanmu. Dan masih hangat di kalbuku saat terakhir kita makan malam bersama, bercanda bersama sehari sebelum kepergianmu.
Satu hal yang menjadi penyesalanku sampai saat ini, saat saat terkhir bersama mu ketika kau mengajakku bercanda, ku memukul perut gendutmu dengan sekuat tenagaku sebagai anak umur 5tahun. Kupikir itu juga menyakitkanmu sekalipun tubuhku jauh lebih kecil dibandingkan denganmu. Seandainya ku tahu dirimu akan meninggalkan ku selamanya, takkan ku lakukan itu padamu. Seandainya ku tahu itu hari terakhirmu di dunia, takkan kusakiti engkau. Seandainya ku tahu besok kau sudah tak bersamaku lagi, takkan kubiarkan diriku terlelap oleh malam. Seandainya ku tahu itu hari terakhir kita bersama, takkan ku sia siakan waktu berhargaku bersamamu.
Namun Tuhan berkata lain, Tuhan berkehendak lain bagi hidupku dan hidupmu. Walau kita kini di dunia yang berbeda, walau kita kini terpisah namun ku tahu kau masih menjaga ku diatas sana. Kau masih mengawasiku dari atas sana dan Tuhanmu yang telah kau kenalkan padaku itu yang selalu ada untukku sampai saat ini. Tuhanmu yang telah kau kenalkan dihidupku itu yang selalu menjaga dan menggantikan possisimu sampai kini. Dan ku tahu itu warisan yang paling berharga yang pernah kau berikan dan kau tinggalkan bagi hidupku, bagiku anakmu yang paling kau cintai.
Diriku dapat benar benar merasakan cinta yang kau curahkan padaku memang lebih besar dari pada yang kau berikan kepada kakak dan adikku. Sebagai anak yang paling kau cintai kadang diriku mulai merindukan kasih sayangmu lagi seperti dulu ketika ku masih kecil, keetika kau masih ada. Terkadang kupun tak kuasa menahan air mata ketika rasa rindu itu mulai menyelimuti kalbuku. Merindukan dirimu, canda tawamu, cara bicaramu, cara berjalanmu, caramu menjagaku dan caramu memperlakukanku. Semua kurindukan, tak ada satupun yang tak kurindukan dari padamu.
Saat rasa itu mulai datang, tiba tiba air mata menggenangi mataku, hidungku mulai basah, tenggorokanku berat, bibirku bergetar  dan akhirnya pipikupun basah. Seluruh pikiranku berkecamuk, perasaan tak menentu, jiwaku galau, otakku mulai melayang dan kalbupun menjadi gelap seketika. Yang teringat hanya wajahmu, suaramu, kenangan kenangan terakhir kita bersama dan gelak tawamu. Yang terlintas dan terbayang hanya dirimu dan hangatnya kasih sayangmu.
Terimakasih papa atas segala pengorbananmu, pemeliharaanmu, kasih sayangmu dan segala yang telah kau ajarkan, berikan dan tinggalkan bagiku. Meski kini kau jauh diatas, kuharap kau bisa tenang dan rela meninggalkanku disini. Kuharap kau bisa bahagia melihatku tak kekurangan suatu apapun disini. Ku harap kau tak khawatir disana karna kau meninggallkan suatu yang sangat berharga sekali bagi hidupku dikemudian hari meski bukan warisan yang kau berikan namun itu lebih berarti dari apapun yang kumiliki dan ingin kumiliki.
Dirimu satu yang pernah kumiliki seumur hidup dan takkan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Sampai kapanpun kau akan tetap menempati relung hatiku yang terdalam. Sampai akhir waktu kau akan tetap menjadi papa tunggalku. Sampai akhir hayatku kau akan tetap menjadi sosok yang abadi.
Anak yang merindukan mu.
By : Margaretta Lie




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline