Lihat ke Halaman Asli

Ilustrasi Kelamin

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi diam-diam tumbuh menjadi politik yang merah. Ia tumbuh bukan tanpa sepengetahuan siapa pun, namun tidak disadari pertumbuhannya begitu besar dan bakal menguras energi di masa depan. Semua orang merasa "sadar" ketika politik semakin merah dan marah.

Gejala itu tumbuh setelah mengalami simbiosis mutualisma yang gagal. Tidak menjadi kepompong dan bertapa sampai berubah menjadi kupu-kupu teramat cantik. Andaikan sekarang pun sudah menjadi kupu-kupu, tapi berasal dari kepompong dari bahan tak jelas.

Bisa jadi sekarang ini adalah kupu-kupu Rahwana yang terus bertahan dengan alibi Sinta sebagai perempuan idaman lelaki. Perempuan sempurna tidak saja dari fisiknya, namun jiwa melebihi kemolekannya. Seolah-olah Sinta domain segala cara untuk memertahankan seluruh jiwa raga dalam hidup kehidupan.

Rahwana bersikukuh mengungkapkan Sinta sudah jatuh cinta kepada dirinya hanya belum waktunya melayani seluruh hasrat cintanya. Sebab menunggu Rama mengeluarkan surat talak yang tak pernah dikeluarkan Pengadilan Agama.

Rama pun bersikukuh, Sinta adalah istri syah-nya dan ia sangat mencintai dirinya dengan sepenuh jiwa raga. Jika tidak menyintainya, barang tentu tak mau menikah dengan dirinya. Rahwana telah melakukan kebohongan publik bahwa Sinta menyintainya.

Keduanya sama tegang dengan pendapat masing-masing. Keduanya bersikeras paling benar. Keduanya mengklaim peperangan pun tak bisa dihindari. Alasannya sederhana untuk menghanguskan kedzaliman di muka bumi ini.

Tiba-tiba semua orang berkata dengan ringannya, demi bangsa dan negara rela berrperang. Namun apa setelah terjadi peperangan dan semuanya hancur berantakan. Banyak korban jiwa bagi para perempuan yang kehilangan anak dan suami dan saudara

Mendadak keluarga mereka tidak utuh. Masih juga mengatasnamakan demi bangsa dan negara, tapi apa sebenarnya? Lacur. Tak ada peperangan atau pertikaian yang memikirkan dan mengerjakan untuk kepentingan negara.

Hanya ada kepentingan pribadi dan golongan yang kalah dan terus kalah karena tujuannya tidak pernah ada yang benar untuk mengurusi rakyat dan negaranya supaya adil makmur gemah ripah loh ji nawi. Keserakahan berkuasa lah jiwa dipersembahkan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline