Pada peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2023 ini, saya didaulat menjadi pembina upacara untuk warga SMP dan SMA Taruna Nusa Harapan Kota Mojokerto. Sehari sebelum upacara, terbersit cerita Kaisar Hirohito yang bertanya tentang jumlah guru saat Hisoshima dan Nagasaki dibom. Itulah yang saya sampaikan dalam amanat saya. Ceritanya berikut ini.
Ada satu cerita menarik yang menjadi pemicu kemajuan negara Jepang. Tatkala Kaisar Hirohito mendengar kabar bahwa Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat bom atom, reaksi spontan beliau adalah bertanya, "Berapa jumlah guru yang masih tersisa?"
Pertanyaan tentang jumlah guru yang tersisa tersebut membuat para perwira perang bertanya-tanya. Hal ini karena dalam keadaan negara menderita kekalahan seharusnya pertanyaan tentang kondisi armada militer lebih penting ditanyakan daripada berapa jumlah guru yang masih tersisa.
Akan tetapi, latar belakang di balik pertanyaan tersebutlah yang layak menjadi contoh bagi semua negara bila mereka ingin maju. Kaisar Hirohito berpikir bahwa Jepang telah jatuh. Kejatuhan ini karena kurangnya Jepang dalam belajar tentang ilmu perang dan persenjataan, termasuk belajar tentang bom atom.
Kaisar Hirohito yakin bahwa di tangan para gurulah, Jepang masih bisa bangkit kembali dari keterpurukan dan berubah menjadi negara maju. Gurulah yang bisa membangkitkan kembali semangat dan karakter untuk sukses dan maju.
Dari kisah tersebut kita dapat memetik pelajaran tentang pentingnya peran guru dan juga pentingnya kegiatan belajar. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bangsa, terutama dalam pembentukan karakter. Penanaman karakter, motivasi, dan semangat belajar tidak bisa tergantikan oleh mesin.
Kita semua (yang pernah mengenyam pendidikan) tidak ada satu pun yang bisa lepas dari peran dan jasa seorang guru. Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional ini, marilah kita sekarang kembali ke ingatan masa lalu sejak usia TK atau SD hingga sekarang atau saat di perguruan tinggi. Kita pasti bisa mengingat kembali sebagian atau seluruh guru atau dosen yang pernah mendidik, membimbing, mengajar, dan mendampingi kita.
Namun demikian, pernahkan kita secara khusus mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa mereka? Atau paling tidak, jika tidak bisa bertemu secara langsung, pernahkah kita menyelipkan nama-nama mereka dalam untaian doa-doa kita? Jika belum, marilah kita mulai dari sekarang.
Guru tidak pernah mengharapkan hal-hal yang sifatnya bendawi atau material sebagai ucapan terima kasih. Sekedar sapaan nama, ucapan selamat pagi, atau cerita sukses yang kita bagi kepada mereka sudah merupakan sumber kebahagiaan tak terkira dan menjadi sumber cerita kebanggaan yang tak ada habisnya kepada sanak famili.