Mas Menteri Nadiem, dalam berbagai kesempatan sering mengungkapkan konsep tentang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Kalau berbicara tentang pemimpin sekolah atau kepala sekolah, itu sudah familiar di telinga kita. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepemimpinan pembelajaran itu? Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memberikan perhatian khusus pada proses pembelajaran yang unsur-unsurnya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian proses dan hasil belajar, pengembangan guru, pelayanan dalam pembelajaran, dan pembentukan komunitas belajar di sekolah (diadaptasi dari Aina Mulyana).
Seorang pemimpin sekolah yang memahami konsep kepemimpinan pembelajaran juga mendasari setiap tindakan dan keputusannya dengan dasar filosofis pendidikan yang kuat, visi yang jelas, dan budaya positif yang diimplementasikan di sekolah. Dengan memiliki dasar filosofis yang kuat tentang pendidikan yang menuntun kodrat alam dan kodrat zaman setiap individu murid, pemimpin pembelajaran akan memiliki arah yang jelas terhadap proses pembelajarannya. Terlebih lagi jika hal itu didukung oleh visi yang jelas yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan ingin diperjuangkan baik oleh dirinya secara pribadi maupun oleh seluruh warga sekolah.
Selain itu, dalam mewujudkan visi sekolah tersebut seorang pemimpin pembelajaran yang juga mengelola aset manusia harus membiasakan budaya positif di sekolahnya. Guru tidak menghakimi para muridnya, tetapi membimbing para murid dengan menerapkan restitusi yang membentuk kesadaran dan niat dari murid untuk berbenah. Para murid diajak untuk membentuk keyakinan kelas yang secara perlahan bisa membenahi karakter dan perilakunya.
Dalam mengelola pembelajaran, seorang pemimpin pembelajaran akan selalu berpihak pada murid dengan memperhatikan keistimewaan dan kebutuhan yang unik dari setiap individu, memperhatikan kemerdekaan setiap individu, dan memberi ruang terhadap pengembangan kompetensi sosial emosionalnya.
Untuk menghargai kesetaraan di antara rekan sejawat dan juga para murid, seorang pemimpin pembelajaran menggunakan teknik coaching dalam memecahkan berbagai persoalan. Dia tidak berlagak sok tahu tentang segala sesuatu, tetapi berusaha membimbing agar rekan sejawat atau para murid dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapi.
Di dalam membuat keputusan, kepemimpinan pembelajaran tidak akan mudah terkecoh oleh bujukan moral yang dihadapinya, akan tetapi akan membuat keputusan yang bertanggung jawab dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan diperjuangkan. Dia akan bisa membuat keputusan yang paling ideal ketika menghadapi dilema etika.
Pengelolaan Sekolah dengan Pendekatan Berbasis Aset
Saat kita menulis makalah, skripsi, atau tesis, kita diarahkan untuk terlebih dahulu dapat mengidentifikasi masalah dari topik yang sudah kita tentukan. Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah merumuskannya menjadi permasalahan yang definitif. Selama ini saya berpikir bahwa langkah perumusan masalah itu juga bisa kita terapkan dalam menghadapi berbagai persoalan di sekolah.
Dalam rapat-rapat di sekolah kadang kita mencari akar masalah yang sedang kita hadapi untuk mencari jalan keluarnya. Ternyata langkah seperti itu justru akan menuntun kita pada permasalahan yang lebih dalam. Kita biasanyanya mengeluh tidak punya ini, tidak punya itu, yayasan tidak mendukung, dan lain-lainnya. Ujung-ujungnya kita tidak melakukan apa-apa karena merasa segala sesuatuya serba terbatas, serba kekurangan. Akhirnya tidak ada tindakan yang dilakukan, hanya sampai pada perumusan masalah.
Melalui pelatihan guru penggerak yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui kementerian pendidikan, para guru dikenalkan tentang konsep yang baru tentang pengelolaan sekolah dengan pendekatan berbasis aset atau asset-based approach. Sesuatu yang sangat baru bagi saya dan mengubah paradigma berpikir saya. Melalui tulisan ini saya berharap konsep baru ini juga lebih mudah tersebar dan dipahami oleh lebih banyak orang.
Dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya, seorang pemimpin pembelajaran hendaknya dapat mengidentifikasi dan memberdayakan aset yang dimiliki oleh sekolahnya. Pemimpin pembelajaran yang menggunakan pendekatan berbasis aset tidak akan berfokus pada kekurangan, kelemahan, dan permasalahan yang ada di sekolah. Dia akan selalu berpikir positif dan memanfaatkan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk memajukan sekolahnya.