Lihat ke Halaman Asli

Blasius P. Purwa Atmaja

Praktisi Pendidikan dan Pembelajar

Coaching dalam Pendidikan, Langkah Konkret Memberdayakan Potensi Murid

Diperbarui: 15 Desember 2022   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik Coaching. Dokumen Pribadi

Ketika saya mempelajari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang  pendidikan yang harus menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, secara teori saya bisa menerima konsep itu. 

Akan tetapi, dalam hati sebenarnya saya bertanya-tanya bagaimana langkah konkret untuk bisa menuntun kodrat setiap murid yang beragam itu? Itu adalah pertanyaan besar ketika saya belajar tentang konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara di awal proses mengikuti pendidikan guru penggerak di angkatan ke-6 ini.

Kini setelah saya mempelajari modul dua pendidikan guru penggerak yang berbicara tentang pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial emosional, dan coaching untuk supervisi akademik, saya bisa menangkap benang merahnya. Ada perasaan  senang yang muncul.

Menyelami setiap bagian modul pendidikan guru penggerak selalu merupakan sesuatu yang menantang. Saya merasa penasaran karena konsep-konsep yang ditawarkan benar-benar merupakan hal yang baru bagi saya. Meskipun beban kerja yang harus saya lewati tidak ringan, tetapi hal itu terbayar dengan pemerolehan ilmu yang baru dari proses pendidikan tersebut.

Pertanyaan tentang bagaimana seorang guru atau pamong menuntun segala kekuatan kodrat murid agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat mendapatkan jawaban konkret di modul dua ini. Penguasaan keterampilan coaching adalah salah satu jawabannya.

Coaching, Menuntun Mencari Solusi dari Potensi Diri

Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Dalam proses coaching murid ataupun rekan sejawat diberi kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dalam mencari solusi. Namun demikian,  pendidik sebagai pamong yang sedang berperan sebagai coach harus memberi tuntunan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan berbobot yang bisa memberdayakan murid atau rekan sejawat yang sedang menjadi coachee. Proses pengajuan pertanyaan yang menuntun tersebut dilakukan agar murid atau coachee tidak kehilangan arah yang membahayakan dirinya.

Apabila kita berhadapan dengan murid atau rekan sejawat yang sedang curhat dan mengungkapkan permasalahannya, kita harus bersikap netral. Coaching tidak berlangsung dalam suasana penuh prasangka, apalagi menghakimi.  Sebagai coach kita harus bisa mengarahkan pembicaraan dan menggali tujuan akhir yang diinginkan oleh coachee.

Selain itu, kita juga harus bisa mengarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot agar coachee bisa mengidentifikasi duduk perkara, latar belakang, hambatan, tantangan yang sedang dihadapi oleh coachee untuk menuntunnya menuju solusi atau tujuan akhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline