oleh: Blasius P. Purwa Atmaja
Ir. Drs. Djohan Yoga, M.Sc., MoT, TLI, seorang praktisi dan trainer mind map mengemukakan tiga langkah menguasai keterampilan belajar atau proses mengisi otak. Langkah pertama adalah input berupa kegiatan belajar. Proses belajar yang pertama ini adalah dengan membaca. Tentu bukan sekadar membaca, melainkan membaca cepat (speed reading). Selama proses membaca cepat tersebut kita akan memperoleh kata-kata penting atau kata-kata kunci yang merupakan inti bacaan. Kata-kata kunci tersebut hanya akan tetap tinggal di bacaan, jika kita hanya menandai baik itu dengan garis bawah atau pewarna tulisan. Menurut Djohan, kata-kata kunci itu harus diambil dan dirangkai menjadi sebuah mind map.
Sampai di sini kita sudah mulai memasuki langkah kedua dalam proses mengisi otak, yaitu proses berpikir dengan menggunakan mind map. Mengapa kata-kata kunci itu harus dirangkai menjadi gambar mind map? Djohan mengatakan bahwa gambar bisa ‘difoto’ oleh otak dan mudah dicerna, sedangkan tulisan bisa juga ‘difoto’ oleh otak namun sulit dicerna. Hal yang sama diungkapkan juga oleh Munif Chatib dalam bukunya Kelasnya Manusia. Munif Chatib membandingkan antara informasi gambar dan suara. Informasi gambar akan lebih cepat dipahami dibandingkan dengan informasi suara. Hal ini karena secara anatomi, jalur informasi gambar (neuron visual) ke visual cortex lebih dekat daripada jalur informasi suara (neuron auditory) ke auditory cortex. Waktu yang dibutuhkan untuk mengenali sebuah gambar 250 kali lebih cepat dibandingkan waktu untuk memikirkan kata-kata yang didengar.
Langkah ketiga adalah output berupa memory atau ingatan. Ingatan yang diperoleh melalui gambaran visual berupa mind map akan lebih kuat melekat di otak kita dibandingkan ingatan yang berasal dari kata-kata abstrak tanpa gambar. Selanjutnya saya akan membahas lebih detail tentang membaca cepat dan peta pikiran (mind map).
Menurut Djohan Yoga, membaca cepat adalah keterampilan untuk mengumpulkan kata-kata kunci secara efektif. Membaca cepat dapat meningkatkan pemahaman sekaligus menghemat waktu. Selain itu, dengan membaca cepat kita juga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi. Melalui kegiatan membaca cepat, kita dapat meningkatkan keterampilan mata untuk meningkatkan jumlah kata yang dapat dibaca dalam sekali pandang atau meningkatkan fiksasi.
Agar berhasil dalam membaca cepat, Sudarso, penulis buku Sistem Membaca Cepat dan Efektif, mengemukakan enam hal yang harus dihindari agar kecepatan membaca kita tidak terhambat. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah (1) vokalisasi (membaca bersuara), (2) gerakan bibir saat membaca, (3) gerakan kepala (yang boleh bergerak hanya bola mata), (4) menunjuk dengan jari atau bolpoin, (5) regresi atau membaca ulang kata yang sudah dibaca, dan (6) subvokalisasi (melafalkan dalam pikiran atau batin).
Djohan Yoga mengemukakan empat teknik membaca cepat yang dapat kita lakukan. Teknik Pertama adalah menandai kata-kata kunci (key-words marking). Teknik ini bertujuan untuk menandai kata-kata kunci dalam kalimat atau paragraf yang terdapat dalam bacaan. Kata kunci adalah kata yang memiliki makna atau arti yang dibutuhkan untuk memahami inti kalimat. Dilihat dari jenis katanya, kata kunci biasanya terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Kata-kata tugas seperti kata depan dan kata sambung biasanya tidak masuk dalam kategori kata kunci karena fungsinya hanya sebagai kohesi kalimat.
Djohan Yoga yang tinggal di Singapura memberikan contoh bahwa para guru di Singapura tidak pernah menyuruh siswanya membaca dengan perintah, “Anak-anak silakan baca halaman sekian sampai dengan sekian!” Dengan perintah ini hasil kegiatan membaca tersebut akan sulit diukur. Guru akan sulit menilai apakah seorang anak sudah benar-benar membaca atau belum. Sebagai gantinya, para guru di Singapura biasanya memberikan tugas membaca dengan perintah, “Anak-anak silakan temukan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan ....” Dengan jenis perintah yang kedua ini, guru bisa menilai dengan lebih mudah apakah siswa sudah membaca atau belum dengan melihat kata-kata kunci yang berhasil ditemukan oleh para siswa. Saya kira ini pelajaran berharga bagi para guru di Indonesia.
Teknik Kedua adalah Back Browsing. Teknik ini merupakan salah satu teknik membaca cepat yang digunakan untuk mencari gagasan tentang isi sebuah bab dengan cara membaca bagian ringkasan dan/atau daftar pertanyaan yang ada di bagian belakang setiap bab. Dengan terlebih dahulu membaca ringkasan atau daftar pertanyaan, kita diharapkan memperoleh informasi yang akan berguna ketika membaca. Informasi-informasi tersebut berguna sebagai petunjuk tentang hal-hal yang harus dicari ketika membaca. Dengan cara itu, membaca menjadi lebih fokus dan terarah.
Teknik Ketiga adalah Skimming atau Membaca Layap. Teknik skimming adalah teknik membaca cepat untuk mencari intisari dari sebuah materi yang dibaca. Teknik ini digunakan untuk mengenali materi tanpa perlu membaca bacaan secara keseluruhan. Teknik skimming juga berguna untuk mengetahui organisasi penulisan atau sistematika penulisan dan urut-urutan ide pokoknya.
Langkah-langkah membaca skimming adalah sebagai berikut. (1) Membaca judul. (2) Menelusuri daftar isi. (3) Membaca pengantar. (4) Membaca bab dan sub bab atau heading dan sub-heading. (5) Membaca grafik dan gambar. (6) Membaca kalimat pertama dan kalimat terakhir dalam setiap paragraf. (7) Mencari dan membaca kata-kata yang tampil beda, misalnya dicetak tebal atau dicetak miring. (8) Membaca kesimpulan.
Teknik Keempat adalah Scanning atau Membaca Memindai. Membaca scanning adalah teknik membaca cepat yang digunakan untuk menemukan kata atau angka yang spesifik dan tertentu saja seperti nama orang, tempat, tanggal, angka-angka yang penting, dan lain-lain. Teknik ini berguna untuk menghemat waktu dalam mencari sebuah informasi. Contoh penerapan teknik membaca scanning adalah ketika kita mencari informasi di kamus, ensiklopedi, buku telepon, membaca jadwal perjalanan kereta, membaca jadwal acara televisi di koran, dan sebagainya.
Langkah-langkah membaca scanning adalah sebagai berikut. Pertama, tentukan kata yang akan dicari. Kedua, perkirakan di mana kata itu berada. Untuk kamus misalnya dengan menentukan berdasarkan abjadnya. Ketiga, secara cepat telusuri lokasi itu dengan melewati halaman demi halaman.
Setelah memperoleh kata-kata kunci dengan berbagai teknik membaca cepat, langkah berikutnya adalah menuangkan kata-kata kunci tersebut dalam bentuk mind map. Mind map diciptakan oleh Tony Buzan pada tahun 1970. Mind map adalah alat berpikir yang merupakan sinergi dan manifestasi pola berpikir radian (ke segala arah) dengan pola berpikir linier. Mind map bekerja seperti mekanisme kerja otak yang menggabungkan kerja otak kiri dan otak kanan. Mind map juga merupakan alternatif catatan yang bersifat linier.
Mengapa catatan yang berisi gabungan kata dan kalimat dianggap kurang efektif digunakan dalam proses belajar. Kelemahan catatan yang bersifat linier adalah sebagai berikut. Catatan bersifat monoton karena bentuknya yang seragam. Catatan kurang menarik karena biasanya tidak disertai warna dan gambar. Selain itu, catatan juga sulit dipahami karena keterkaitan antar konsepnya kurang jelas. Catatan biasanya mencampuradukkan kata kunci dan kata non-kunci. Dengan demikian, catatan cocok untuk orang dengan dominasi otak kiri dan tidak cocok untuk orang yang memiliki dominasi otak kanan.
Manfaat mind map adalah membuat proses berpikir menjadi terlihat. Dalam gambar mind map kita akan bisa melihat gambaran globalnya sekaligus informasi detailnya. Dengan menggunakan mind map kita akan lebih mudah mengelola informasi secara efektif dan sistematik. Selain itu, melalui mind map kreativitas, inovasi, dan daya ingat akan meningkat lebih cepat.
Itulah ringkasan materi dari Ir. Drs. Djohan Yoga, M.Sc., MoT, TLI yang berhasil saya serap ketika Workshop Peningkatan Mutu Guru se-Jawa Timur tanggal 24-27 Mei yang lalu. Marilah kita sebar luaskan dua teknik belajar ini (speed reading dan mind map ) untuk meningkatkan kemampuan otak kita dalam menyimpan berbagai informasi. Bukan hanya untuk kita, melainkan untuk keluarga, anak didik, teman-teman kita. Dengan mempelajari dua hal itu harapannya kita semua akan mendapatkan super memory untuk meraih kesuksesan. Terima kasih Pak Djohan atas ilmunya.
Mojokerto, 1 Juni 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H