Lihat ke Halaman Asli

Trastuzumab, Nightmare for Breast Cancer

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Living proof" adalah true story movie yang bercerita tentang dedikasi seorang dokter (onkologis), dalam penelitian menemukan pengobatan kanker payudara serta memperjuangkan perizinan dari FDA(Food and Drug Admistration). Dr. Dennis Slamon, yang diperankan secara apik oleh Harry Conick,jr dalam kesan karakter yang tegas, pantang menyerah namun tetap sensitif.

Herceptin, obat yang dia temukan (komposisinya adalah trastuzumab), merupakan obat kanker payudara yang diperuntukkan bagi mereka yang gagal dalam kemoterapi, bisa dikombinasikan dengan kemoterapi dapat pula sebagai obat tunggal dan efek sampingnya sangat sedikit dibanding kemoterapi. Herceptin adalah antibody monoclonal yang pertama di dunia, dan satu-satunya obat yang telah direkomendasikan oleh FDA untuk indikasi kanker payudara. Herceptin sendiri menurut dr.Slamon, berasal dari kata HER (HER-2, adalah protein yang menyebabkan kanker)dan Interception(memotong atau menghadang).

Nicole Wilson adalah volunteer pertama dalam eksperimen ini dan bertahan hidup 2 tahun lebih lama dari vonis dokter. Merupakan awal bukti guna obat ini, walaupun akhirnya dia (nicole) meninggal namun dalam suatu natal bersama keluarga dekatnya dia berkata saat suaminya memberikan hiasan natal dengan foto mini mereka sekeluarga sebagai hadiah,"...terima kasih, ini hadiah cukup  indah bagi orang yang seharusnya sudah tiada..."

Proses perizinan yang berlangsung alot harus melalui 7 fase dalam perizinannya menjadi unsur drama penting dan menyentuh dalam film ini,  karena penceritaan dan penggambaran dari sudut peneliti dan sudut penderita kanker yang terkadang mengharukan, inspiratif dan membuat kita tertawa.

ada beberapa quotation yang berarti buat saya, saat dr. Slamon datang dan meminta persetujuan dari komite dia berkata:

"...mungkin aku sudah terlalu lama melakukan penelitian dan kalian sudah terlalu lama berada di belakang meja, tapi ingatlah kita, kita adalah seorang dokter tugas kita menyelamatkan nyawa..."

dan:

"...aku ingat saat kecil seorang dokter menyelamatkan nyawa ayahku dan aku ingin menjadi seperti dia, karena saat engkau menyelamatkan nyawa seseorang, kamu tidak hanya menyelamatkan satu orang itu tapi juga orang-orang disekitarnya..."

Segi sensitifitas yang ditunjukkan dalam ketegaran ditunjukkan saat ia harus menangis diam-diam, setelah kematian satu dari 15 pasien percobaan fase pertama yang meninggal karena penyakitnya sudah terlalu parah bukan karena dia atau obat yang dia temukan. Perjalanan berat dengan tetek bengek birokrasi harus dia lalui sampai dia harus berkata kepada perancang peelitian fase 3 yang menghambat penelitiannya:

"...saya yang harus menghadapi pasien, saya yang mengatakan kepada mereka bahwa hidup mereka tidak akan lama lagi..."

Terdengar sepele namun bisakah kita mengucapkannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline