Lihat ke Halaman Asli

Penghianat

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Haii Sobat,

Senandung merdu

biarlah…..biarlah semua

berlalu…..seperti waktu,

dan kini….. hadapi semua

walaupun itu perih ....

lagu “not with me - bondan prakoso & fade 2 black” berhias hangat kopi hitam, tak mampu mengusir dinginnya semilir hembusan AC dari celah-celah dinding ruang kapolres cilacap, sementara ku lihat sahabatku di dalam masih asyik dalam memutar  video you tube

Sobat,

Waktu saat ini menunjukkan pukul 02.00 pagi, jalanlan di jl.juanda terlihat lengang dan sepi. Aku masih diam memandang jalan yang sedikit lenggang. Ponsel kecil tak lepas selalu aku main-mainkan diputar kekiri kadang kekanan, kadang Aku geser posisinya agak ke kiri kadang agak kekanan. Denyut nadi terus berdegup mengalirkan rasa rindu yang tak terobati, setahun sudah kejadian itu berlalu, aku berusaha tidak merindukannya tapi semakin aku melupakannya semakin aku tersiksa.

Saat itu Aku dan dia bagaikan sepasang merpati yang terpisah oleh jarak dan waktu, sepasang merpati yang terbang dalam jalinan dunia maya. Dalam perjalanan waktu entah siapa yang memulai Aku dan dia saling bicara walau hanya berkirim kata-kata, melempar senyum, kadang juga sekedar memberi tahu adanya lagu merdu, mendengarkannya lalu menyanyikannya. Dunia tanpa batas menyatukan aku dengannya bukan dalam hitungan hari, tapi seiring dengan berputarnya jarum jam didinding warnet tempat kerjaku.

Waktu terus berlalu, jarum jam di dinding terus berputar entah berapa kali jarum itu berputar mengiringi Aku dan dia berjumpa dalam balutan kata-kata. Kadang kata itu menggurui , kadang ada rasa cemburu, kadang juga terselip kenakalan seperti layaknya kata-kata remaja. Kadang Aku menyapanya di waktu pagi, kadang pula dia yang menyapa aku disiang hari, kadang kala Aku dan dia juga saling menyapa hingga larut malam. Kadang dia bercerita tentang dia, kadang juga Aku bercerita tentang aku, dan kadang pula Aku dan dia bercerita tentang kita, tentang teman-teman kita. Cerita-cerita itu membuat Aku dan dia bukan makin menjauh tetapi makin mendekat, makin tidak mengenal waktu, makin menina bobokkan melupakan siapa aku dan dia sebenarnya. Cerita dalam kata itu membiarkan senyum, canda dan tawa mengalir bagaikan air, melewati celah-celah bebatuan, menerobos pelan dengan menggoreskan kesejukan. Kesejukan air itu juga Aku biarkan merasuki aliran darah melewati denyut-denyut nadi menghantar ke dalam relung hati menggetarkan gelombang cinta yang telah lama mati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline