Lihat ke Halaman Asli

Semoga Menkeu Baca Artikel Hotbonar dan Anggito

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari dua artikel yang saya baca dengan judul "Menggagas Asuransi Bencana" dan "Gagasan Asuransi Bencana" memang agak sulit untuk menemukan perbedaan keduanya. Kemudian berat pula jika saya harus katakan bila Anggito Abimanyu telah terjerembab oleh pikirannya sendiri yang terlalu mengagumi tulisan Hotbonar Sinaga.

Lebih elok kiranya Anggito memiliki pemikirannya sendiri tentang sebuah permasalahan yang dihadapi negeri ini, terlebih beliau adalah seorang Dosen Gadjah Mada yang kredibilitasnya tak terbantahkan lagi. Berbalik dari itu semua, Anggito justru mempertontonkan ketidakarifan-nya dalam berilmu, praktek karya tulisnya gagal karena ternyata hampir 80% isinya adalah hasil saduran. Hampir tidak ada yang baru dalam tulisan Anggito lewat artikelnya yang ditayangkan Kompas pada 10 Februari 2014 lalu, juga tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya.

Menurut saya, Gagasan Asuransi Bencana versi Anggito merupakan penyuaraan kembali artikel Menggagas Asuransi Bencana tulisan Hotbonar dan Munawar Kasan di Kompas 21 Juli 2006. Anggito pastinya sadar bila ia kembali membaca tulisannya akan membuat dia tercekat: Ia harus menelan kenyataan bahwa tulisannya hanya sedikit menghias artikel Hotbonar -Membuka dan menutup artikel dengan langkah pemerintah, Menkeu.

Anggito mengaku lalai, copy-paste yang selama ini terlarang di lingkungannya, kini justru yang membuatnya terjerembab. Ilmu, gagasan atau buah pikir memang seringkali membuat orang terlena. Saya pribadi menilai, permasalahan mengenai asuransi bencana memang topik yang sangat menarik, ketika saya membaca artikel Hotbonar, pendapat saya pun bertambah: Ini penting. Sudahkah pemerintah memiliki atensi?

Barangkali hal itu pula yang ada di benak Anggito. Topik yang penting ini sudah seharusnya ditebitkan lagi, momentumnya pas. Bencana Kelud bukan bencana yang kecil, ini akan menambah nilai artikel menjadi Aktual. Mungkin itu juga yang menyebabkannya kembali mempertegas kata "Tunggu apa lagi!" yang menjadi penutup tulisan Hotbonar. Anggito menuliskan sepakterjang UGM dalam keseriusannya mengkaji Asuransi Bencana lewat kajian Obligasi Katastrofik yang juga sudah disinggung di tulisan Hotbonar, meski akhirnya Anggito pun mengambil sikap yang sama dengan Hotbonar, tunggu pemerintah.

Kita harapkan dari polemik yang ada saat ini -Anggito yang mundur sebagai dosen, Dewan etik dosen yang sedang menimbang, dan Hotbonar yang sudah memaafkan Anggito- seorang menteri keuangan Republik Indonesia akan menyempatkan diri untuk membaca dua artikel yang mengulas pentingnya Asuransi Bencana. Izinkan saya kutip paragraf terakhir dari tulisan Anggito (semoga enggak dibilang plagiat):

"Kajian mengenai asuransi bencana sudah tersedia, pembahasan sudah dilakukan, momentumya ada, dan regulasi dapat segera didesain secara bertahap. Bola ada di pemerintah, khususnya Kemenkeu. Jangan sampai gagasan ini mentah lagi seiring dengan meredanya kejadian bencana. Bencana akan terus menjadi tantangan di Indonesia. Tugas pemerintah melindunginya."

Semoga Menkeu bereaksi atas pengorbanan Anggito yang telah menelan pil pahit plagiarisme...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline