Lihat ke Halaman Asli

Bunda Hartini

Guru BK/SMPN 1 Kadugede

Self-Harm

Diperbarui: 29 Oktober 2022   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Saat itu aku mendapatkan laporan dari salah seorang guru tentang anak yang di lengannya terdapat sayatan benda tajam. Guru tersebut mendapati anak itu sedang membersihkan darah yang menetes di lengannya. Guru tersebut curiga dan segera melaporkan kejadian tersebut kepadaku.

Sebagai guru BK aku sudah paham dengan tindakan anak tersebut. Apa yang dilakukan anak tersebut dengan melukai dirinya sendiri termasuk tindakan self-harm. Anak yang berani melakukan self-harm biasanya dia sedang tidak baik-baik saja.

Aku segera memanggil anak tersebut untuk dilakukan tindakan penyelamatan. Masalah self-harm bila tidak ditangani segera bisa berakibat fatal. Banyak kasus yang melakukan self-harm karena mereka tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Perundungan/pembuliyan merupakan pemicu terjadinya tindakan self-harm.

Self-harm biasanya melukai bagian tubuh yang mudah dijangkau seperti tangan, kaki, dan bagian depan badan. Alat yang digunakan untuk melukai tubuh biasanya kuku, jarum, silet, cutter, atau pecahan kaca. Tindakan self-harm selain cutting juga bisa membenturkan kepala ke dinding, memukul-mukul dada, atau menjambak rambut.

Secara psikologis anak yang melakukan self-harm bisa dipastikan mengalami stress, tertekan, bahkan mungkin depresi. Maka dibutuhkan penyelamatan baik secara fisik dan psikisnya. Bisa jadi tindakan self-harm tersebut dapat berakibat kematian.

Anak yang didapati melakukan self-harm dengan cutting ke lengannya segera diberi layanan konseling individual. Dari hasil konseling individual dapat disimpulkan bahwa penyebab dia melakukan self-harm karena rasa sakit hati. Sakit hati dia pendam cukup lama. Sejak SD temannya itu suka membulinya. Dia melakukan cutting di lengannya karena pelaku kembali membully. Dia merasa jengah dan tidak tahan diperlakukan seperti itu terus. Dia merasa hidupnya tidak nyaman karena terus diganggu oleh pelaku.

Dia melakukan self-harm pada saat jam kosong. Dia melukai tangannya sendiri dengan kuku juga jarum pentul yang dia pakai di kerudung. Waktu melakukan cutting dia tidak merasakan apa-apa. Sambil berderai air mata dia terus melukai dirinya sendiri. Semakin merasakan sakit hati karena sering dibully, semakin keras mengcutting lengannya. Dia membenci dirinya sendiri karena tidak berdaya diperlakukan semena-mena oleh temannya. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Dia merasa semua orang membencinya. Dia merasa tidak pantas untuk hidup.

Aku segera melakukan tindakan kuratif dengan memanggil anak yang sering membullynya. Layanan mediasi dilakukan untuk menemukan benang merah permasalahan diantara mereka. Aku beri mereka kesempatan untuk saling mengungkapkan kekesalan diantara mereka. Fakta didapatkan bahwa pelaku perundungan itu sakit hati karena waktu SD dia dikatai monyet oleh korban perundungan. Sehingga rasa kesal dan jengkel selalu muncul setiap kali melihat temannya itu. Setiap ada kesempatan inginnya menggangu korban. Kemudian si korban perundungan diberi kesempatan untuk mengungkapkan keinginannya. Dia mengatakan hanya ingin belajar dengan tenang dan jangan terus diganggu.

Hasil layanan mediasi dapat titik terang permasalahan diantara mereka. Berdasarkan kesepakatan mereka akhirnya mau berdamai. Satu sama lain saling memaafkan dan berjanji untuk tidak saling mengganggu.

Pasca mediasi pelaku perundungan disuruh kembali ke kelas. Korban perundungan diberi penguatan supaya dia kembali tumbuh semangatnya. Dia didorong supaya aktif mengikuti kegiatan ekskul, diedukasi supaya membenahi penampilannya biar lebih bersih dan rapi.

Pasca kejadian tersebut aku evaluasi dengan penilaian jangka pendek (laijapen). Satu minggu pasca mediasi anak tersebut kembali diberikan layanan konseling individual. Dia mengatakan bahwa temannya sudah tidak menganggu lagi. Dia merasa lebih tenang dalam belajar. Dari penampilannya tampak lebih rapi dan wajahnya lebih berseri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline