Lihat ke Halaman Asli

Bunda Hartini

Guru BK/SMPN 1 Kadugede

Ucapan adalah Doa

Diperbarui: 28 Oktober 2022   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Hari ini ada undangan pernikahan seorang teman. Pulang kerja janjian dengan pak suami. Karena cukup lama menunggu aku terlelap di kursi masih dengan seragam lengkap. Pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Mood swing terasa olehku manakala pak suami pulang. Tanpa basa-basi kami langsung berangkat menuju alamat kenduri.

Alamat yang dituju belum dikenal medannya. Goegle map tak banyak membantu. Medan jalanpun sangat menguji adrenalin. Turunan dan tanjakan dengan kondisi jalan berbatuan juga kemiringan jalan yang tak seimbang menambah adrenalin bagaikan berada di roler coster.

Mood swingku semakin meninggi manakala salah jalan. Ketika di pertigaan aku melihat plang tanda daerah yang dituju menunjukkan arah belok kanan tetapi pak suami lurus terus. Setelah melewati medan cukup terjal ternyata salah. 

Ketika bertanya pada seorang warga dan menujukkan arah sesuai dengan arah panah yang aku lihat sebelumnya. "Tuh kan....," kataku. Pak suami tidak terima merasa disalahkan. Aura negatif memancar dari kedua hati yang diliputi mood swing dari awal berangkat.

Kami balik arah sesuai petunjuk dari warga. Jalan yang di tuju sangat sempit medannya semakin parah dari jalan dilewati sebelumnya. Kali kedua pun salah arah. Harusnya belok kanan pak suami malah terus lurus. Namun akhirnya sampai juga ke tempat kenduri yang dituju.

Tiba di lokasi kenduri langsung disambut sang pengantin. Hidangan makanan disuguhkan. Hiburan musik dengan kehebohan tamu undangan berjoged ria sedikit menurunkan mood swingku. Selesai makan dan basi-basi dengan sang pengantin kemudian foto-foto sebagai bukti bahwa kami hadir ke kendurinya. Sejurus kemudian kami kembali pulang.

Bertanya pada pengantin tentang jalan alternatif ternyata tidak ada. Dengan berat hati kami kembali menuju medan yang cukup berat tersebut. Tanjakan terparah kami lewati dengan aman walaupun sport jantung terasa bergejolak.

Ketika berangkat, dalam hati aku bertanya-tanya bagaimana kalau ada mobil berpapasan dari lawan arah sedangkan jalan begitu sempit. Namun Alhamdulillah saat berangkat jalan sepi tidak ada mobil yang berpapasan. Ketika pulang aku berkata pada pak suami,"Kalau perewis/berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan bagaimana?"

Ucapan yang aku lontarkan belumlah kering. tiba-tiba dari arah berlawanan ada mobil lain lewat. Pak suami terkejut karena tidak memprediksi dari awal mobil tersebut mengambil arah jalan. Pak suami membanting stir ke kiri dan mobil oleng di arah tanjakan hingga mobil mundur beberapa hasta. 

Aku menjerit sambil beristigfar karena takut mobil mundur tanpa kendali. Untung pak suami sigap ngerem dan turun sejenak mengambil batu untuk mengganjal supaya mobil tertahan bila digas kembali.

Sport jantung bagaikan berada di loler coster paling tinggi. Napas menduru, jantung berdegup kencang, dan pikiran melayang ke hal-hal negatif. Alhamdulillah Allah melindungi dan menyelamatkan kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline