Lihat ke Halaman Asli

Pikada DKI Bukan Bahan Perbincangan Warga Jakarta Saja!

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata Pilkada DKI bukan bahan perbincangan warga jakarta sebagai  provinsi yang sedang melakukan pemilihan kepala daerah tapi juga bahan perbincangan warga di daerah, setidaknya itu yang saya alami 3 hari lalu di 3 kota berbeda yaitu Sukabumi, Cianjur dan Bandung.

Hari senin, saya yang sedang menunggu bis untuk pulang sambil makan batagor mendengar ada sekumpulan bapak – bapak berseragam PNS membicarakan Pikada DKI,kandidat calon sampai prediksi siapa pemenangnya dan ditanggapi oleh si penjual batagor dan pedagang makanan lainnya.  Di hari selasa,waktu menggunakan ojek ke terminal di cianjur, para tukang ojeg pun membicarakan hal yang sama sampai salah satu tukang ojeg yakin jokowi – ahok memenangi putaran pertama, and you can know it kalau mereka lolos di putaran pertama.

Di hari rabu, di bandung ketika sedang di bengkel stel velg dekat kampus saya seputaran lengkong besar. Bengkel itu sedang banyak orang yang ingin membetulkan velg atau pasang velg terdengar juga perbincangan tentang pilkada DKI, lalu ketika dosen sistem politik indonesia saya lewat bengkel itu dan berbincang dengan saya dan melihat saya dia menghampiri saya dan sedikit menanyakan kabar saya, dia mendengar orang – orang di situ sedang membicarakan Pilkada DKI beliau tampak mengamati sejenak dan juga ikut nimbrung berbicara analisi beliau tentang Pilkada DKI.

Dosen saya ini memberi analisis tiap kandidat calon, yan menurut dia menjadi plus minusnya tiap kandidat dan meurut saya terlihat seperti memberi kuliah di kelas. Benar saja selang beberapa menit si bapak yang menunggu velg nya selesai di stel pun berkata

“wah ini mah, dikasih kuliah gratis sama bapak dosen euy, haha”

Dan refleks semua orang di situ tertawa juga, termasuk saua. Dosen saya cuma senyum – senyum sendiri lalu tak beberapa lama pamit pulang.

Bagi saya ini menandakan semua lapisan masyarakat tak perduli sebutan kelas atas, menenga h atau bawah sekarang lebih melek informasi dan aware terhadap kondisi di ibu kota, meskipun bukan pendukuduk jakarta.

Bjornson




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline