Lihat ke Halaman Asli

Biyp

Pemerhati permasalahan UMKM

Pandemi Covid-19, Pandeminya Startup Online Booking Kamar

Diperbarui: 28 Juni 2020   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di tengah menurunnya bisnis perusahaan akibat wabah Covid-19, saya menjumpai berita-berita di media nasional tentang beberapa startup penyedia layanan sewa penginapan.

Dimulai dari Jaringan hotel budget, OYO Hotels, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sekitar 5.000 karyawannya di sejumlah negara pada bulan maret 2020 di masa awal pandemi

Kemudian disusul Airbnb, yang akan merumahkan 1.900 orang karyawan. Jumlah itu setara dengan 25% dari total jumlah pekerja Airbnb pada pertengahan mei 2020.

Dan yang paling telak, Airy Rooms yang memutuskan untuk menghentikan operasional sejak 31 Mei 2020. Yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ratusan karyawan.

Ini gejala yang Amat menarik untuk start-up bisnis Dengan kapitalisasi besar.
Di hampir semua kota besar kita dengan gampang pasti bisa menemukan logo Airy maupun OYO.
Saya sendiri termasuk yang sangat banyak menikmati rezeki AirBnb ini, selain karena sering manfaatin beberapa kamar kosong untuk disewa juga karena AirBnB selalu menjadi pilihan favourite saat ngebolang ke luar negeri sebab sering banget dapat kamar atau rumah super Bagus Dengan harga super hemat!

Tentu seperti telah kita duga, juga sesuai Dengan judul tulisan saya diatas, Covid-19 Adalah biang kerok memberi pukulan yang tidak terduga pada sektor perjalanan pada umumnya khususnya penginapan. Jutaan orang kehilangan pekerjaan atau pun cuti tanpa digaji pada sektor ini. Itu berkolerasi dengan perkiraan World Travel and Tourism Council yang menyebutkan bahwa Covid-19 sekitar 75 juta orang bisa kehilangan pekerjaan di sektor perjalanan di seluruh dunia.
“Pandemi ini telah berdampak besar pada banyak industri, terutama industri perjalanan, yang berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami tidak kebal terhadap tekanan ini,” ujar sebuah pernyataan dari booking.com salah satu pemain besar Online booking penginapan.
Pada bulan April 2020 Saja pemesanan di booking.com mengalami penurunan sebesar 85% jika dibandingkan dengan periode yang sama 2019. Kondisi tersebut memaksa manajemen booking.com meminta pinjaman sebesar US$ 4 miliar serta kemungkinan melakukan pemutusan hubungan kerja.
Hal yang lebih parah lagi terjadi pada startup Airy Rooms.
mengutip dari DealStreetAsia Manajemen Airy Rooms mengatakan:
"Kami memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasional karena wabah Covid-19 dan kami telah melakukan upaya terbaik bagi kami untuk mengatasi dampak dari bencana nasional ini. Namun karena penurunan yang signifikan dalam bisnis serta berkurangnya jumlah sumber daya manusia yang kami miliki, kami telah memutuskan untuk menghentikan aktivitas bisnis kami secara permanen,"

Ekonom (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyebut, fenomena rontoknya para startup ini merupakan 'seleksi alam'.

Dia menilai, model pengelolaan startup seperti ini sudah banyak terbukti tidak awet.
Baik Airy, OYO maupun Airbnb banyak melakukan ekspansi yang begitu besar dengan terlalu mengandalkan modal investor (asing).
Seperti Sudah diketahui model pengembangan bisnis yang lazim dilakukan para startup (bukan Hanya dibidang online sewa kamar) Adalah lewat kapitalisasi modal.
Hampir semua startup yang ada cepat menjadi besar karena kapitalisasi alias masuknya para investor (asing) yang berani menyuntikkan dana milayaran dollar sehingga menggangkat beberapa dari mereka menjadi unicon bahkan gojek saat ini sudah mencapai valuasi 10 milyar dollar atau disebut decacon
Saking cepatnya tumbuh besar, para startup ini terlalu cepat  menjadi besar (dan Mungkin juda terlalu instan?) sehingga begitu ada goncangan maka mereka segera goyah dan akhirnya ambruk. Sekali ada shock, seperti hantaman pandemi Covid-19 saat ini maka mereka kemudian (terutama bagi start up yang pendanaannya nggak kuat) kesulitan mencari pendanaan dan akhirnya kelimpungan.

"Sebelum pandemi, kami sangat aktif berekspansi, menambahkan banyak properti ke platform kami dan membangun merek dan brand perusahaan. Namun pada 2020 ini, fokus kami adalah pertumbuhan dengan profitabilitas," kata Ritesh Agarwal yang merupakan pendiri sekaligus Chief Executive Officer OYO.
Saya kira sikap ini mewakili tekad berbagai startup pemesanan kamar online yang semuanya kena hantam badai Covid-19.
Artinya akan terjadi pengurangan promosi besar-besaran dan hilangnya potongan harga/diskon gila-gilaan yang banyak dinikmati konsumen sebelumnya alias habisnya era "Bakar Uang".
Karena start up dituntut tumbuh dan untung. Para investor Sudah tidak tertarik ukuran besarnya usaha (kapitalisasi) banyaknya  cabang serta jumlah pemesanan kamar (traffic) yang tinggi aja. Mereka ingin ada keuntungan.

Hal senada disampaikan Bhima Yudhistira "Jadi ekonomi ini sangat dinamis, ekonomi ini tidak selalu trennya meningkat. Tidak sama seperti proyeksi para founder startup dalam proposal mereka yang yang mengasumsikan pertumbuhan ekonomi terus meningkat setiap tahunnya," urainya.
Karena itu, dia merekomendasikan agar para pelaku bisnis startup harus lebih realistis lagi. Ekspansi boleh, lanjutnya, tapi ekspansi yang dilakukan harus secara hati-hati.

Jadi, akan ada kehati-hatian dan ada keuntungan yang harus didapatkan atau dengan kata lain bisnis ini harus mencetak untung!
Pelajaran yang bisa dipetik adalah semua harus berubah;
model bisnis berubah, konsumen bisnis berubah, lingkungan bisnis juga berubah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline