Lihat ke Halaman Asli

Biyanca Kenlim

Yo mung ngene iki

Jam Tangan Keparat

Diperbarui: 4 Oktober 2021   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar from Pixabay

Aku seperti orang linglung melihat situasi disekitarku. Apa yang terjadi dengan mereka. Semua mengenakan busana serba hitam.
 Kugoncang pundak ibu ku,  

"apa yang terjadi,bu?" Tersedu suara ibu memilu, kemudian lemas dalam dekapan kakak lelakiku.

Aku semakin bingung, kuguncang tubuh suamiku, 

"apa yang sedang terjadi, yank?"

Dia abaikan tanyaku sperti tak tersentuh olehku, kulihat suamiku juga menangis sambil memegang batu berbentuk kotak memanjang yang tertulis Citra Ratna Sari, aku terkejut kenapa namaku ada disana? Aku semakin tak mengerti.

Aku mundur dari kerumunan kerabat serta tetanggaku yang mengacuhkanku.
Dibawah pohon kamboja aku mengawasi mereka satu persatu pergi menjauhi gundukan tanah yang dipenuhi taburan bunga yang tampak segar.


Tersisa Bang Willy seorang yang masih tampak enggan meninggalkan tempat itu, mulutnya tampak komat kamit entah apa yang dia gumamkan.

Kuraba tubuhku sendiri masih  utuh, tapi kenapa mereka tak melihatku? Aku merenung mencoba mengingat apa sebenarnya yang telah terjadi.

Pagi itu seperti biasa kulepas Bang Willy suamiku pergi ke kantor.  Kecupan lembut mendarat di keningku "i love u" ucapnya tak pernah berubah sejak awal ketemu sampai usia pernikahan memasuki tahun ke tiga.

 Kucium punggung tanganya kemudian kupeluk tubuhnya sambil kubalas ucapanya " I love you too , yank"  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline