Lihat ke Halaman Asli

Biyanca Kenlim

Yo mung ngene iki

[RTC]Di Satu Titik Bintang

Diperbarui: 17 Maret 2019   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: shutterstock.com

"Rapatkan shaaf nya, Adik" Kata Ayah.

Aku sedikit menggeret badan Adik  agar nempel disebelahku. Ayah sebagai Imam. Bang Azriel, Ibu, Aku dan adikku Annisa sebagai makmum. Sudah kewajiban kami untuk berjamaah jika smua kumpul dirumah, seperti malam ini.

Ayah membiasakan kami sholat Isa tidak tepat waktu sebagaimana saat sholat wajib lainya. Sholat Isa kami lakukan sebelum jam tidur malam, pukul 21.00. 

Kata Ayah, sebagai penutup hari, jelang tidur kita dalam keadaan sudah berwudlu dan sholat. Selain itu agar Sholat subuh kita tak terlewat karena tidur lebih awal.

Khusuk kami mendengarkan Ayah membaca surat Allkafirrun setelah alfatihah di rokaat kedua. 

Tiba tiba terdengar suara gemeretak, lantai yang kami injak bergetar,  badan kami bergoyang.  Reflek adik memelukku. Ayah masih melantunkan surat Alkafirun. 

Kami tetap pada posisi semula kecuali Adik yang baru berusia 5 tahun mendekap pahaku dari depan. Suasana kembali tenang.
"Sami'Allohulliman haamidah"  Kami semua mengikuti gerak tubuh Ayah yang meluruh untuk sujud.

"Braaakk..sepertinya gempa skala tinggi melanda daerah kami. Adik terpental lepas dari peganganku, platfon terlepas menimpa tubuh kami, goncangan hebat itu datang lagi, beruntun tak henti bahkan semakin kuat goncanganya. Ubin terbelah Kami masih saling sahut berteriak menyebut AsmaNYA...istighfar..takbir...Allohu akbar..Allahu Akbaarr....Allohuakbaarr..suasana seketika, gelap  pekat dan ngeri, Aku yang baru berumur 10 th serasa sendiri.

Dalam balutan mukena agak susah untuk sekedar berdiri, terasa ada yg mengganduli, mungkin tersangkut sesuatu, kulepaskan mukena. Tulang kaki terasa ngilu. Sekuat tenaga kupanggil kluargaku.. Ayaaahh...Ibuuu..Abaang..Adeeek..
Diam,tak ada sahutan..


Dengan berurai airmata, dalam gelap dan suara bergemuruh entah darimana Aku berusaha berjalan keluar, entah kemana. Tanah bergerak semakin dahsyat . Terus kuteriakan takbir sambil berlari semampukku dalam gelap.


Suara gemuruh semakin keras terdengar , kutengok kebelakang, sekilas kulihat jalan yang saya lalui tadi bergelombang laksana monster naga yang mengejarku, meliuk naik stinggi pohon kelapa Subhannalloh...menggulung apa saja yang ada, rumah pohon smua amblas masuk tak berbekas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline