Lihat ke Halaman Asli

Biyanca Kenlim

Yo mung ngene iki

Toleransi Orang Hong Kong Saat Ramadan

Diperbarui: 11 Juni 2016   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto abiummi.com

"Aduuh...nanti kamu mati, kalau gak makan minum!"

"Gak papa, kamu gak makan, tapi kamu boleh minum!"

Begitu ujar bosku si nona cantik yang baik hati. Mengkhawatirkan keadaanku. Sudah yang keberapa kali bulan puasa kulalui dinegeri beton ini. Dan selama itu pula tak ada kejadian atau halangan yang berarti.

Dikelilingi lingkungan yang bisa mengerti dan memahami akan keyakinan masing masing . Di beri kebebasan untuk menjalankan ibadah sholat lima waktu. Di malam jumat pun mereka sudah terbiasa mendengar bacaan surat yasin.

Namun yang paling special memang saat bulan ramadhan. Mereka lebih perhatian. Terlalu khawatir , tepatnya. Dulu seringkali saya bersama nenek yang saya jaga pergi "yamcha" (minum teh serta cemilan pengiring) di luar, di restoran bareng sama teman teman nenek lainya. Saat mereka tahu saya tidak makan apa apa, dan saya jelaskan secara rinci ,kenapa dan bagaimana, mereka serentak mengangkat kedua jempol "le ho ye, woo!"  (hebat).  

Dalam bahasa kantonis merekapun bercerita "kami juga punya keyakinan, setiap keyakinan, mengajarkan tentang kebaikan dan kebajikan, jika kita melaksanakan maka kita menjadi orang baik, karena  Tuhan tidak menganjurkan untuk menjadi orang tak berguna. Tapi manusia lah yang memilih mau menjadi seperti apa.

"tanhai , ho kan yu haico ho yan (orang baik), co ho yan, hai hoi sam" (tetapi, yang terpenting menjadi orang baik, menjadi orang baik itu membahagiakan ). Mereka tidak pernah membahas adanya surga dan neraka.

Selanjutnya mereka, teman teman nenek, jika tiba saatnya bulan ramadhan mereka antusias membawakan sesuatu jika bertemu , kadang cemilan untuk berbuka, bahkan ada yang memberi vitamin untuk diminum  agar saya lebih kuat katanya . Duh...terima kasih "bobo" (nenek)

Dan semalam adalah pelengkap cerita pernak pernik tentang ramadhanku di negeri orang. Ketika waktu sahur, saya biasa bangun jam 3.30 untuk tahajjud terlebih dulu. Kemudian saya panasin susu segar yang tersimpan dari kulkas. Menggunakan panci kecil  bertangkai. Tutup panci saya taruh di pinggir kompor. Rebus susu jangan di tutup nantimbludak. Segelas susu dan setangkup roti di olesi madu saja, cukup buat saurku.

Saat duduk makan,  sambil lihat obrolan Wa, ada sesuatu yang bergerak di telapak kaki kiri,  ketika kaki kanan bergerak untuk mengusir, sesuatu itu bergerak cepat ke atas, kepaha ...hadeehhh spontan saya njerit , kalang kabut, jingkrak jingkrak ..looncat ..hhhh tangan tidak kekontrol, dan jatuhlah tutup panci itu ke lantai..krompyaaang....huuffff.

Dari luar dapur Cece (nona) sudah berdiri dengan rambut kusut terurai , langkahnya terhalang sajadah yang masih terhampar di lantai "yau mesia??!"  (ada apa?)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline