Lihat ke Halaman Asli

Biyanca Kenlim

Yo mung ngene iki

[LOMBAPK] Ponari dan Batu Ajaibnya

Diperbarui: 2 Juni 2016   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersebutlah sebuah desa nun jauh disana. Di Lereng gunung Slamet. Desa yang sejuk dan asri. Jauh dari hiruk pikuk kota. Adalah seorang bocah kecil usia 10 tahun yang hidup sederhana bersama Ibunya, Ponari namanya.

Ponari anak yang baik, walaupun letak sekolah dan tempat ngajinya jauh dari rumah, namun Ponari selalu pergi untuk menuntut ilmu. Ibunya selalu memberi semangat dan membesarkan hatinya .

***

Pada suatu hari, langit tampak tak bersahabat, mendung seperti hendak turun hujan . Suara angin pun menderu kencang tak seperti biasanya. Ibu Ponari sudah mengingatkan agar anak laki lakinya tidak usah pergi mengaji dulu.

"Sepertinya mau hujan lebat nak, tak usahlah pergi mengaji dulu!" larang Ibunya khawatir .

"Gak papa Bu, hari ini ada hafalan doa doa yang harus Aku kerjakan, Aku harus pergi Bu!" Ponari memohon pengertian Ibu

"Kan bisa lain kali nak, pasti Pak Ustad juga memahami",

"Aku gak mau ketinggalan pelajaran mengaji Bu, ini sangat penting, pamit dulu yah Bu!"  keukeuh, Ponari meraih  tangan ibu dan mencium takzim.

**

Tubuh Ponari terbungkus plastik untuk menghindari basah. Dan menggunakan capping ibunya yang biasanya untuk pergi kesawah agar tidak kepanasan. Hujan semakin deras,kilat menyambar nyambar.

Sesaat hati Ponari kecut. Terbayang wajah Pak Ustad, sepanjang perjalanan bibir Ponari tak lepas berzikir memuji Tuhan, mohon pertolongan. Tiba tiba ....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline