Lihat ke Halaman Asli

Ari Wibowo

Penikmat Tulisan

Ramadan, Bulan Perjuangan Lahir Batin

Diperbarui: 20 April 2020   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pasti ramadan tahun ini akan terasa sangat berbeda, banyak momen sakral yang terpaksa harus dilaksanakan di rumah. Kalau biasanya kita salat tarawih dan "tadarusan" berjamaah di masjid, sekarang harus dilaksanakan di rumah masing-masing.

Bagi yang suka berburu "takjilan" di masjid atau di pasar, harap maklum cukup berbuka puasa di rumah saja. Kalau punya agenda reuni dan berbuka puasa bersama, lebih baik diurungkan dulu. Bersiaplah untuk menghirup nuansa ramadan yang berbeda tahun ini.

Sebagai seorang muslim ramadan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan. Bulan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, melalui ibadah puasa dan ibadah lainnya. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan ujian lahir dan batin.

Lahiriahnya kita harus menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan nafsu syahwat selama terbit fajar hingga terbenam matahari. Batiniyahnya, kita harus menghindarkan diri dari keburukan sikap dan perilaku, seperti; menjaga etika berbicara, menghapus rasa dendam, menguatkan kesabaran dan ketabahan, tidak mudah iri-dengki,  tidak sombong, kikir, dan lainnya.

Bukan hanya itu, kita juga harus berjuang lahir dan batin menghadapi ancaman wabah covid-19. Ramadan yang akan  dijalani tentu akan dirasakan berbeda oleh saudara-saudara kita yang terdampak covid-19. Mereka tidak bisa menikmati puasa bersama keluarga dengan nyaman dan tenang.

Bahkan sebagian besar dari mereka harus menjalani ibadah puasa di rumah sakit.  Belum lagi saudara-saudara kita yang tergolong kurang mampu dan berprofesi sebagai pekerja informal seperti; kuli bangunan, buruh serabutan, pedagang asongan, tukang ojek, dan lainnya. Pasti perjuangan lahir batin yang  mereka jalani sungguh amat berat.

Menikmati ramadan dengan kondisi pembatasan sosial seperti saat ini, harus diterima dengan sabar dan penuh ketabahan. Namun jangan pasrah dengan keadaaan! Esensi ramadan tidak mengajarkan kita untuk berpasrah diri dan menerima nasib ini apa adanya. Meski dalam segala keterbatasan ekonomi dan sosial, kita tetap harus berjuang lahir-batin.

Solidaritas Perjuangan

Ramadan mengajarkan kita untuk bersatu dalam kebaikan dan menjunjung tinggi solidaritas perjuangan. Ramadan juga menggugah kita untuk membangun semangat kepedulian dan  berbagai kebaikan, pasti ganjaran dari Allah Swt. berlipat ganda.

Bagi orang yang mampu, ia harus berjuang melalui hartanya, nasihat agama mengatakan "sedekah yang paling baik adalah disaat ramadan". Batiniyahnya dituntut untuk memiliki nilai kedermawanan yang tinggi. Siapa lagi yang bisa membantu saudara kita yang tidak mampu kalau bukan kita yang mampu secara materil.

Sekali lagi saya katakan, ramadan adalah bulan perjuangan lahir batin. Kalau kita mampu dan diberikan rejeki yang berlebih, cobalah tengok tetangga di sebelah rumah kita. Barangkali diantara mereka ada yang lagi membutuhkan bantuan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline