Bagi mereka yang sedang memiliki waktu, tersesat seringkali menjadi berkah tersembunyi: jalan, gang, lorong, atau tempat-tempat baru yang sebelumnya tak dikenal mendadak masuk ke peta di kepala. Terlebih jika itu terjadi pada diri yang senang menghabiskan waktu dengan mengeluyur tak tentu. (Jalan Lain ke Tulehu: Sepakbola dan Ingatan yang Mengejar)
Satu paragraf di atas diambil dari novel karya Zen RS, Jalan Lain ke Tulehu yang sekarang bukunya sudah saya hibahkan ke si Pungpret di sana. [Duhai buku-bukuku, layanilah “tuan dan puanmu” yang baru dengan sebaik-bainya].
Paragraf tersebut bercerita tentang Gentur -tokoh utama di dalam novel tersebut- ketika tiba-tiba harus terlibat di dalam konflik berdarah ketika terjadi perang di Ambon. Petualangan gentur yang tidak sengaja itu memberikan pengalaman menarik bagaimana gentur harus berhadapan dengan orang-orang yang terus berperang atas nama agama.
Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas habis tentang petualangan Gentur dalam buku Jalan Lain ke Tulehu itu. Di dalam tulisan ini saya ingin membagi sedikit cerita para petualang yang keluyuran ke mana-mana.
Berpetualang adalah kegiatan menjelajah, mengembara, mencari tantangan. Sering kita lupa mereka yang membuat sejarah di masa lalu itu di antaranya adalah petualang-petualang pemberani. Mereka adalah pelaut-pelaut yang berani pergi untuk menelusuri Terra Incognita, tanah yang tidak terketahui, wilayah yang belum terjamah, daerah yang belum terpetakan.
Petualang itu salah satunya adalah Christopher Colombus. Sebagaimana Colombus memberanikan diri menembus samudra atlantik di barat eropa untuk menemukan jalan lain ke asia timur sekaligus membuktikan bahwa bumi ini bulat. Dalam petualangannya Colombus malah secara tidak sengaja menemukan benua Amerika yang semula dia kira India.
Selain Colombus, banyak pelaut lain yang tercatat dalam sejarah sebagai penjelajah yang berjasa memetakan dunia sebelum ada satu orang pun yang mampu memetakan dunia secara detail dan menyeluruh, di antaranya adalah Marco Polo, Vasco da Gama, James cook dan Cheng Ho.
Mereka semua adalah orang yang mau mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mengeksplorasi dunia yang luas ini. Mereka adalah orang yang berhasil mengubah cara pandang orang di dunia bahwa bumi ini adalah datar dan sempit seperti bidang papan catur.
Ketika sedang bertualang para petualang akan mendapatkan pengalaman dari banyaknya tantangan yang akan tertulis rapi di buku sejarah. Petualangan itu juga berlaku bagi para petualang sepakbola seperti Zlatan Ibrahimovic yang terus mengembara untuk menaklukan liga-liga eropa.
Ibrahimovic terus berpindah dari satu club ke club lain dengan terus memberikan prestasi pada club yang dibelanya. Dari Malmo FF, Ajax, Juventus, Inter, Barcelona, Milan dan PSG. Setiap tahun dia selalu berhasil memberikan juara liga. Kecuali pada tahun 2012 ketika dia gagal juara di tahun ke duanya bersama AC Milan.
Lain dengan Ibrahimovic meski sama-sama berpetualang di dunia sepakbola, Dan Ito pesepakbola asal Jepang yang menjelajah 18 negara ini, tidak selalu berprestasi bersama club yang dibelanya. Namun di balik petualangannya di berbagai negara tentu ada pengalaman hebat yang telah dia lalui. Pengalaman tersebut bahkan tidak pernah dirasakan oleh pesepakbola legenda dengan loyalitas tinggi berlabel one man one clubseperti; Paolo Maldini, FrancescoTotti, Franco Baresi, Jamie Carragher, Gary Navile, Tony Adam dan masih ada lagi. Mereka para loyalis ini sebagian besar berasal dari negara para pelaut penjelajah dunia. Tapi para pesepakbola ini justru memutuskan untuk tidak berpetualang. Oke, mungkin memang tidak ada hubungannya antara petualangan dengan loyalitas seorang pemain sepakbola. Toh, dengan cara yang berbeda mereka tetap bisa menulis sejarah legendanya masing-masing.