Lihat ke Halaman Asli

Bisyri Ichwan

TERVERIFIKASI

Simple Man with Big Dream and Action

Banser Muncar

Diperbarui: 29 Desember 2020   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banser Banyuwangi & MATAN Banyuwangi di depan gedung Kanzu Sholawat Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan (Foto : Ari Kurnia)

Segala sesuatu ada waktunya. Bisa jadi waktu itu adalah sekarang. Aku bertemu dan berkawan dengan para sahabat Banser (Barisan Ansor Serbaguna). Dengan motivasi yang sama, ingin selalu menjadi benteng para ulama' dan siap berkhidmah untuk organisasi Nahdlatul Ulama' (NU). Satu komando melayani para Kyai. Siap menjadi benteng NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). NKRI harga mati! Atas dasar inilah, aku dipertemukan dengan mereka. Aku bangga menjadi bagian dari Banser.

H. Ikhwan Arif sebagai orang yang secara sah diberikan mandataris sebagai Ketua Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Banyuwangi memberikan tugas kepadaku untuk mengikuti DIKLATSAR Banser. Pendidikan Latihan Dasar Barisan Ansor Serbaguna. Aku merasa tertantang untuk mengikutinya. Kebetulan ada jadwal yang diadakan di Satkoryon Kecamatan Gambiran. Aku mendaftar lewat nomor yang tertera di meme Diklatsar yang disebarkan oleh H. Ikhwan. Info yang tertera, nama pemilik WA pusat informasi itu adalah Takad Wahyudi.

"Utusan dari wilayah mana mas?", Mas Takad membalas WA-ku. "Muncar", jawabku. "Silahkan meminta surat pengantar yang ditanda tangani oleh Ketua PAC Ansor Muncar dan Ketua Satkoryon Banser Muncar", lanjutnya. Aku menghubungi Gus Aan, pengasuh Pesantren Futuhiyyah Tembokrejo untuk memastikan siapakah pemimpin Ansor dan Banser kecamatan Muncar. "Ketua Ansornya masih tetap Mas Tarkiman. Untuk ketua Bansernya, namanya Mas Solikin, ada di group MATAN Banyuwangi. Habis ini saya hubungkan", jawab Gus Aan yang langsung merespon dan tertawa ketika tahu aku hendak ikut Diklatsar Banser. Mungkin dikiranya aku bergurau, padahal aku serius.

Untuk ukuran tubuh, aku memang tergolong pendek. Tinggiku tidak lebih dari 150 centimeter. Aku juga kurus, tidak berisi dan tidak gemuk. Namun, aku memiliki semangat untuk berkhidmah di NU lewat Banser. Harapannya seperti itu. Gus Aan mengirimkan dua nomor sekaligus. Nomor Mas Tarkiman, yang biasanya aku memanggil dengan Mas Fikri, ternyata saat aku simpan, aku sudah menyimpannya dan nomornya masih sama seperti yang dulu. Terakhir kali aku berkomunikasi dengan Mas Fikri atau Tarkiman saat aku diminta untuk mengisi kajian PAC Ansor Muncar yang bertempat di Markaz Berasan, dua tahun hampir tiga tahun yang lalu, akhir tahun 2018 bersama pengurus PAC Ansor Muncar. Waktu itu aku diminta mengkaji kitab 'Idzothun Nashi'iin. 

Setelah hampir tiga tahun lamanya, baru kali ini aku berkomunikasi lagi. Aku langsung mencoba menelponnya, bertanya kabar dan langsung memberikan informasi maksud dari menghubunginya. "Siap Gus, enaknya kita bicarakan sambil ngopi. Gimana ceritanya", jawabnya sambil tetap santai seperti biasanya. Aku mengenal Tarkiman sudah sejak kami sama-sama aktif di PMII dan BEM sewaktu kami sama-sama menjadi mahasisswa Institut Agama Islama Darussalam (IAIDA) Blokagung tahun 2005-2007 yang lalu. Dia sampai sekarang masih juga suka berorganisasi hingga dari kabar yang beredar dan sampai ke telingaku, saking cintanya organisasi, hingga 'lupa menikah'. Coba nanti aku tanya langsung. Kenapa seperti itu.

Aku juga mengirim WA ke Mas Solikin yang menjadi komandan Banser wilayah Muncar. Beliau merespon, kami sudah satu group di WA MATAN Banyuwangi sejak lama, tapi belum pernah bertemu. Dekat hanya di media sosial saja, tapi jauh secara alam nyata. Mas Tarkiman meminta kepadaku untuk datang di kantor MWC NU Muncar, sekalian dibuatkan surat pengantar untuk diserahkan ke panitia Diklatsar. Sedianya, acara Diklatsar akan dilaksanakan pada hari Jum'at hingga hari Ahad. Kamis sore aku menuju kantor MWC NU Muncar.

Di depan kantor MWC NU, aku hendak menelpon Mas Tarkiman. Ternyata dia sudah muncul duluan. "Silahkan Gus", aku diajak ke kantor PAC Ansor. Kami mengobrol, nostalgia dengan pertemuan terakhir yang berlangsung hampir tiga tahun yang lalu dan cerita tentang masa lalu saat di kampus Blokagung. Semua banyak yang berubah, bahkan aku mendapatkan cerita, Pak Dawam yang pada tahun 2018 dari Sukosari waktu itu ikut pengajian di Berasan, sekarang Ansor Sukosari mengalami kemajuan yang luar biasa. Kegiatan Ansor sangat berjalan dan memiliki rutinan dua minggu sekali serta memiliki posko sendiri.

Mas Tarkiman menelpon Mas Ilham yang menjadi sekretarisnya. Dia juga menelpon Mas Solikin yang menjadi komandan Banser Muncar. Tiba-tiba Mas Rofiq muncul. Aku mengenal Mas Rofiq juga karena dia tahun 2018 ikut kajian di Berasan dan aku masukkan di group MATAN Banyuwangi hingga sekarang, walaupun dia tidak pernah komentar di group, tapi selalu menyimak. "Surat pengantarnya sudah saya print out Mas. Panitia langsung yang buatkan, anda dan Mas Solikin tinggal tanda tangan", lanjutku menjelaskan ke Mas Tarkiman karena Mas Ilham sebagai sekretaris PAC Ansor Muncar, belum juga datang.

Mas Ilham datang dan memberikan kabar bahwa stemple lupa ditaruh dimana, karena kantor MWC habis bersih-bersih. Dicari belum ketemu, saat aku datang. "Siapa panitianya Gus?", tanya Mas Fikri. "Takad Wahyudi". "Ya sudah saya telpon, khusus anda tidak memakai stemple tidak masalah. Saya yang bertanggung jawab", katanya. "Demi sahabat Tarkiman, tidak apa-apa", kata Mas Takad menjawab obrolan dari Mas Tarkiman. "Saya bersyukur sekali jika anda berkenan gabung di Ansor Banser Gus, saya punya impian sejak lama, agar para Gus di Pesantren di Muncar ini ada yang ikut aktif di organisasi Ansor Banser ini, semoga ini adalah awal yang baik". Aku mengamini keinginan dari Mas Tarkiman. Setelah ditanda tangani oleh Ketua PAC dan Satkkoryon, surat pengantar aku foto dan aku jadikan file pdf, selanjutnya aku kirimkan kepada Mas Takad.

Jum'at siang, usai menunaikan shalat jum'at, istriku menyiapkan segala keperluan untukku mengikuti Diklatsar Banser di Gambiran. Aku berangkat sendirian menggunakan motor. Sampai di lokasi acara, ternyata masih persiapan, panitia sedang menata pentas dan hendak menata kursi. Aku berkenalan dengan peserta yang sudah hadir dan juga menunggu. Sore hari, usai acara pembukaan dan aku sedang istirahat ngobrol santai bersama calon Banser dari Giri dan Srono, ada seseorang datang ke ruangan kami, "ada peserta dari perwakilan Muncar?", tanyanya dengan suara nyaring layaknya seorang komandan militer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline