"Tidak setiap orang bisa berbicara urusan dakwah di tempat umum. Dai harus punya sertifikasi dari pihak Al-Azhar yang menjadi lembaga yang bertanggung jawab terhadap urusan keagamaan di Mesir. Sehingga kegaduhan yang ditimbulkan dari para dai yang tidak kompeten bisa diminimalisir", seperti inilah yang aku utarakan ketika Gus Lukman bertanya tentang bagaimanakah realitas dakwah di luar negeri, khususnya Mesir yang aku tau ketika mengisi sharing di acara STON (Seed The One Nabi) di Genteng, Banyuwangi pada hari Minggu, 27 Desember 2020.
Saat aku sedang berkumpul bersama keluarga di Melik, Parijatah Kulon, tiba-tiba ada pesan WA baru masuk. Tidak ada nama. Tidak ada perkenalan. Dia langsung mengucapkan salam. Karena begitu seringnya hal seperti ini terjadi, biasanya aku jawab salamnya secara lisan saja, tidak dengan Wanya, ketika yang bersangkutan mulai memperkenalkan diri, maka aku jawab Wa-nya.
Rupanya, saat aku membuka Facebook, ada pesan masuk juga di Messenger, dari Elha Abdullah. Beliau meminta nomor saya dan memberikan nomornya. Aku masih belum tahu apa maksud beliau menghubungi selain shilaturahim.
"Ustadz, kami akan mengadakan acara STON, temanya adalah Dunia Media Dunia Dakwah. Pemateri pertama sudah ada berbicara tentang Media, tapi belum menemukan pemateri kedua untuk Dakwah. Jika berkenan, Ustadz bisa menjadi pembicara kedua", beliau mengirimkan pesan WA lanjutan.
Aku tidak langsung mengiyakannya dan balik bertanya, "Kapan waktunya Gus?". "Minggu pagi jam 08.30". Gus Lukman menghubungiku pada malam jum'at sebelumnya, dua hari sebelum acara dilaksanakan. "Apa harus memakai PPT untuk presentasi?", "Oh tidak, kita konsepnya ngobrol santai", jawabnya lagi. "Siap".
Beliau meminta foto yang pantas dipajang untuk dibuatkan meme dari acara STON yang berarti Seed The One Nabi yang sudah berjalan sekian puluh kali. Aku meminta kepadanya untuk mencari foto-fotoku di FB biar bisa memilih mana yang kiranya pas menurut selera pribadi beliau.
Tidak berselang lama, meme tentang acara STON sudah beliau kirim kepadaku. Temanya adalah "Dunia Media Dunia Dakwah" yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Desember 2020, bertempat di Rumah Ta'lim Ababil yang beralamatkan di Genteng, Banyuwangi. Pembicara pertama dari jurnalis Times Indonesia; Mas Rizwan. Aku menjadi pembicara kedua.
Seketika, aku ikut menyebarkan meme informasi dari acara ini ke beberapa media sosial yang aku miliki, mulai dari FB, IG, status WA hingga WA group yang aku ikuti, berharap dengan tersebarkanya informasi, akan banyak pula yang hadir ikut dalam acara nantinya.
Malam Jum'at di hari yang sama, tiba-tiba Gus Rizki dari Kedunggebang juga menelepon, biasanya kami hanya komunikasi via WA saja, sudah lama sekali tidak telepon, namun kali ini beliau menelepon dan langsung bertanya, "Malam Sabtu kosong Gus?", "Ada apa Gus", tanya saya balik. "Saya ke Bojonegoro, teman-teman sedang mengadakan MAKESTA IPNU IPPNU. Jika kosong dan berkenan. Anda diminta untuk mengisi". Ketika dibutuhkan dan aku punya waktu, berat rasanya untuk mengatakan tidak. "Siap Gus".
Aku teringat dengan sebuah kata hikmah dari kisah kehidupan dua bersaudara yakni Sayyidina Hasan RA. dan Sayyidina Husein RA. Pernah satu ketika Sayyidina Hasan lewat ke depan rumah adiknya; Sayyidina Husen. Beliau melihat begitu banyak kerumunan manusia yang sedang menunggu antri untuk shilaturahim ke rumah beliau.