Lihat ke Halaman Asli

Bisyri Ichwan

TERVERIFIKASI

Simple Man with Big Dream and Action

Sufi Istiqlal

Diperbarui: 26 November 2020   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof. KH. Nasaruddin senantiasa memegang tasbeh (Foto : Tim PK 144)

"Iqro' itu artinya bukan hanya membaca saja. Ia memiliki tingkatan. Mulai dari membaca, lalu memahami, menghayati dan berakhir dengan mukasyafah. Sehingga kita jangan hanya merasa puas sebagai tilmidz, tapi juga harus bisa menjadi murid", dengan penuh rasa khusyuk dan tasbeh berada di tangannya, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA., Ph.D. yang menjadi imam besar masjid Istiqlal Jakarta menasehati kami para calon awardee LPDP PK 144 pada hari jumat ini.

Kami sampai di Jakarata kembali sepulang dari Bandung setelah mengikuti serangkaian kegiatan untuk merefresh otak, mulai dari mengikuti permainan, arum jeram, hingga berkunjung ke Pesantren Attifaq Bandung yang Pak Rafi menyebutnya dengan istilah "Tarekat Sayuriyah". Hari jum'at ini merupakan hari terakhir kegiatan PK 144 ini. Rencananya hari ini diisi oleh dua orang tokoh nasional. Sesi pertama oleh Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA., Ph.D. Imam besar masjid Istiqlal. Saya secara pribadi mengerti nama beliau sudah lama. Sesi kedua diisi oleh Menteri Keuangan, ibu Sri Mulyani.

Prof. Nasaruddin memiliki banyak sekali karya. Aktif mengisi pengajian di televisi nasional. Pernah menjabat sebagai wakil Menteri agama pada tahun 2011 sampai 2014. Sarjana S1 beliau tempuh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1998. Lalu beberapa kali mengenyam pendidikan lagi di universitas di Kanada, Belanda, Tokyo, Londok, hingga Washington. Semangat beliau untuk terus belajar selama hidupnya patut diapresiasiasi.

Sebagaimana hari sebelumnya, mulai dari hari senin sampai rabo, kegiatan PK dimulai dari jam 5 pagi. Kami harus bangun untuk menunaikan shalat subuh, walaupun masih merasakan capeknya perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Setelah shalat subuh, acara dilanjutkan dengan integrity sport di halaman samping hotel Accacia Jakarta. Hari jumat ini, integrity sport dipimpin oleh Mas Anwar untuk senamnya. Senam yang lucu, ada gaya memperagakan seperti hewan pinguin. Tangan digerak-gerakkan layaknya pinguin.

Dilanjutkan dengan senam untuk peregangan otot yang dipimpin oleh Mas Hafidz, beliau putra seorang Kyai di Mojokerto. Teman-teman sering bercanda untuk senam yang dipimpin oleh Mas Hafidz ini dengan senam militer. Karena gerakan yang diperagakan ke kami untuk ditirukan dianggap seperti gerakan senamnya militer. Lalu, integrity sport di hari terakhir ini ditutup sebuah permainan yang diprakarsai oleh Mas Syihab dari Sulawesi.

Permainannya adalah masing-masing kelompok diminta untuk menginjak sebuah tali. Semuanya berbaris, lalu Mas Syihab akan berkata sesuatu, ketika ada anggota dalam satu kelompok sesuai seperti yang dikatakan Mas Syihab, maka secara perlahan, dia harus bergeser ke barisan paling depan, tapi injakan kakinya tidak terlepas dari talinya. Kata pertama yang diucapkan Mas Syihab adalah "Yang paling tua, pindah ke barisan paling depan, lalu diurutkan ke paling muda".

Seketika, masing-masing kelompok saling ramai untuk bertanya antar anggotanya. Kelompok saya, sultan agung mulai saling tanya, saya bertanya ke Aljabar, "umurmu berapa?, saya sendiri kelahiran 1987, "Anda lebih tua dari saya pak, silakan maju", begitu seterusnya, hingga saya berada di barisan terdepan, ternyata di kelompok sultan agung ini, saya yang tertua, teman-teman yang lain secara umur berada di bawah saya, karena hampir semuanya kecuali Mas Lutfi dari Kalimantan hendak melanjutkan di jenjang S2.

Seperti biasa, usai integrity sport, dilanjutkan dengan sarapan pagi di restoran hotel. Tidak ada yang berubah, hanya suasananya saja, makanannya tetap saja mewah. Perpaduan antara masakan Indonesaia dan luar negeri. Kami serasa menjadi raja selama beberapa hari ini. Semuanya dibiayai oleh LPDP lewat uang negara, APBN. Saya makan dengan lahap bersama teman-teman yang lain.

Tepat jam 8 pagi, acara PK dimulai. Group rebana sudah siap dengan segala peralatannya, menyambut kedatangan pembicara yang luar biasa. Seorang sufi dari Istiqlal. Seorang yang kharismatik dengan senyum mengembang memasuki ruangan, di tangannya ada tasbeh yang terpegang. Seketika, teman-teman disuruh untuk berdiri oleh MC yang dipimpin oleh Mas Mukhlis dan Mas Jufri. Masing-masing dari kami mendekat, mencium tangan lembut beliau. Baru kali ini saya melihat langsung Prof. Nasaruddin Umar yang selama ini hanya bisa saya lihat di televisi-televisi nasional.

Prof. Nasaruddin jum'at pagi ini membawakan tema "Pembangunan yang berintegritas dan kepribadian yang berkualiats". Acara PK sebelum Prof. Nasaruddin menyampaikan materinya diawali dengan berdiri bersama, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya, dipimpin oleh Bintan Imama sebagai dirijennya, selanjutnya menyanyikan lagu angkatan Cantrikabinaya Nagarajaya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline