Lihat ke Halaman Asli

Bisyri Ichwan

TERVERIFIKASI

Simple Man with Big Dream and Action

Tawaf Makam Firaun di Piramida

Diperbarui: 28 Agustus 2019   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Safira di depan dokar Piramida (Foto : Rinny Ermiyanti)

Jangan sewot dulu ya! Judul ini tidak bermaksud apa-apa kok. Ini catatan sederhana saya, jadi suka-suka dong membuat judul. Teman-teman masih ingat buku kumpulan catatan di Kompasiana ini yang ditulis oleh Om Prayitno Ramelan? 

Yup, buku itu berjudul "Intelejen Bertawaf". Tiba-tiba saya teringat dengan buku itu dan akhirnya saya beri judul catatan ini dengan Tawaf Makam Firaun di Piramida. Tawaf berarti keliling. 

Mumpung libur, setelah dua minggu beraktifitas dengan CIF (Cairo International Fair), saya bersama teman-teman KPMI (Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia) dan dua pengurus pusatnya yang datang langsung dari Jakarta, jalan-jalan City Tour Cairo, target awal adalah Piramida, salah satu 7 Keajaiban Dunia yang masih tersisa. 

Yah, bagi saya gak ada yang istimewa, sejak datang ke Mesir, entah sudah berapa kali sambang ke sana. Sampai lupa. Hehe. Tetapi, ada yang menarik. Makanya baca sampai selesai ya. Ternyata setelah revolusi, ada beberapa perubahan di sana. Dan akan saya catat di laporan sederhana ini. Semoga bermanfaat. 

Kami berangkat pagi hari, karena memburu beberapa tempat wisata yang mesti kami sambangi. Di jalan pas di kota Giza dan melewati sungai nil setelah Ring Road Cairo di jalur Ma'adi, langit Cairo masih terlihat tertutup kabut, untungnya kegagahan piramid masih kelihatan. Nah, saat hendak memasuki kawasan Piramid inilah mulai kelihatan perbedaannya dari yang dulu sebelum revolusi. 

Dulu, orang-orang para pedagang tidak seberingas sekarang. Saat kami melewati kawasan piramid, banyak sekali orang-orang Mesir yang mencegat, agar mobil di parkir di luar dan mereka menawari kuda, ada yang nawarin onta. Bedanya dengan dulu apa? saat ini mereka berani benar-benar maksa. Ini bedanya. Ini masih tahap awal ternyata. 

Ada lagikah? masih. Setelah kami membeli tiket yang untuk turis 60 Le dan pelajar 30 Le. Rupanya ada lagi masalah. Tiap tiket dari kami diperiksa satu persatu dan mereka meminta kartu mahasiswa, terus minta pasport. Ini belum cukup, satu persatu kartu mahasiswa yang kami berikan ke petugas rupanya dipermasalahkan, dipersulit. 

Ada tiga kartu pelajar yang mereka tolak, alasanya : Expired. Halah! kami eyel-eyelan 15 menit lamanya. Sampai-sampai mudir (Direkturnya) datang dan kami lobi-lobi, akhirnya diperbolehkan masuk. "Ah, badmood kalo kayak gini, setelah revolusi pelayanan makin hancur, aku hampir tiap dua minggu ke sini dan selalu kecewa", ujar Mas Amran yang sering bawa tamu dari KBRI Cairo. 

Saya sendiri juga kecewa, beda banget pelayanan di Piramida saat ini dengan pelayanan sebelum revolusi. Baru aja masuk pintu menuju ke Piramida, kami sudah diserbu oleh beberapa penjual. 

Parahnya lagi, mereka maksa. Ini yang saya sendiri merasa jengkel. "La,,la...Syukron, ma'lish", "tidak, tidak, makasih, maaf", entah udah berapa kali kata-kata ini keluar dari mulut. Tapi, emang dasar orang Mesir yang mungkin saja dia yang jualan itu bisa jadi gak sekolah, sehingga main hantam saja. Sampai-sampai, mas amran marah dan melempar salah satu barang dagangan yang terus-terusan di taruh ke tangan dan memaksa untuk membeli. Sampek segitunya ya. 

Ya, inilah fakta. Sampai di depan piramida dan kami foto-foto, barulah pedagang-pedagang itu mulai menghindar. Kami mulai menikmati wisatanya. Saya sendiri, ketika hendak naik ke Piramida, ada pemuda Mesir yang ngajak salaman, ya saya salamin saja dan saya anggap biasa saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline