Lihat ke Halaman Asli

Bisyri Ichwan

TERVERIFIKASI

Simple Man with Big Dream and Action

Karnak, Morris dan Ramses

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_76370" align="alignnone" width="480" caption="Tiang-tiang Karnak Temple yang menjulang tnggi dengan aneka gambar dan tulisan Mesir kuno disemua dindingnya"][/caption] Aku dan rombongan dari Al-Azhar University dan Cairo University tiba di stasiun kereta api Luxor tepat jam 11 siang setelah menghabiskan perjalanan sekitar 11 jam dari Cairo. Di daerah sini udara sudah sangat panas, ternyata apa yang aku dengar selama ini tentang Luxor memang benar, cuaca di kota ini hanya dua; panas dan panas sekali, padahal di Cairo masih musim dingin. Keluar dari stasiun, kami langsung dijemput bus travel el-ettimadd. Rencananya hari ini kami akan mengunjungi Karnak Temple, kawasan ma'bad karnak tidak terlalu jauh dari pusat kota Luxor. Peninggalan tempat ibadah khusus untuk kalangan fir'aun-fira'un ini terletak dekat sekali dengan sungai nil. Tidak seperti di Cairo, Luxor sebagai kota wisata sangat terlihat indah, bersih dan pengaturan kota yang rapi, suasana kotanya hampir sama dengan Alexandria, perbedaannya terletak pada pemandangan yang diberikan, Luxor menawarkan nil dan bangunan-bangunan bersejarah, sedangkan Alexandria memberikan laut mediterania dan peninggalan Alexander the great (Yunani). Berhubung sudah satu malam kami menghabiskan waktu di kereta, akhirnya kami mampir terlebih dahulu ke hotel dekat nil, disamping untuk check in juga untuk membersihkan muka, terlihat sekali wajahku sangat kusam, dikereta air sangat terbatas. Hotel tempat kami menginap bernama Morris hotel. Aku membaca lampiran yang tertempel di dekat ruang resepsionis hotel ini lumayan mahal, sewa satu harinya 120 dollar dan makanan yang diberikan menu Itali dengan sekali makan 40 dollar. Dengan fasilitas yang diberikan lumayan mewah, ada kolam renang di lantai 7 hotel sambil menikmati indahnya sunset. Wisata kali ini kami hanya membayar 100 dollar, itupun jika dikalkulasi hanya cukup untuk biaya transport saja, semua tanggungan hotel, makan dan tiket untuk semua tempat wisata sudah ditanggung oleh pemerintah Mesir. Kalau memakai biaya sendiri, uang 1000 dollar pun akan kurang dengan fasilitas yang lumayan lux ini. Alhamdulillah, tidak sia-sia aku ikut berwisata kali ini, mendapatkan rekreasi sekaligus bisa belajar sejarah Mesir. Selesai cuci muka dan sedikit berdandan sedikit, guide kami bernama Mr. Ala' yang masih terlihat muda banget, menyuruh kami untuk menuju bus kembali, kami bertolak ke museum terbuka yang katanya terbesar sedunia yang bernama Karnak Temple. Karnak temple dibangun pada masa Ramsis II. Ada perbedaan pendapat dikalangan para sejarawan tentang fenomena Ramsis II ini, ada yang mengatakan kalau Ramsis II bertepatan saat diutusnya nabi Musa, tapi ada juga yang mengatakan kalau Fir'aun yang ada pada zamannya nabi muda adalah keturunan ke 13 dari Ramsis II. Tetapi yang jelas, Ramsis II sangat terkenal sebagai bapak pembangunan, beberapa piramida yang beridiri kokoh di Giza dan satu piramida pembangunannya menghabiskan waktu 30 hingga 40 tahun salah satunya dibangun pada masa Ramsis II dan hampir semua peninggalan-peninggalan di Luxor juga dibangun pada masa kepemimpinan beliau. [caption id="attachment_76371" align="alignleft" width="300" caption="Para patung singa berkepala kambing dengan sigap menjaga Karnak temple yang sangat kramat ini"][/caption] Saat memasuki karnak, rasa heran dan kagum langsung menyelimutiku. Gerbang ma'bad karnak bediri kokoh dengan tinggi 30 meter dengan kanan kiri berdiri berjajar patung-patung singa dengan kepala kambing. Singa menunjukkan kekuatan dan kambing memiliki arti kesucian. Tempat ini dulunya memang menjadi tempat paling suci di Mesir. Aku langsung teringat dengan kisah saudara nabi Yusuf. Pintu utama ini dalam kisah nabi yusuf atau Yozarsif dalam bahasa hieroglyph Mesir, sering disebut dengan bawabah syam. Memoriku ditarik kembali saat benyamin, yahuda, sam'un dan beberapa saudara yusuf melewati gerbang ini untuk bertemu dengan raja karena negeri Kan'an tempat bani israel tinggal sedang mengalami kekeringan dan kelaparan. Memasuki gerbang ini dengan kemegahannya aku jadi berfikir, "pada zaman segitu Mesir sudah semaju ini, masya Allah". Terus melangkah masuk ke dalam, kemegahan kuil fir'aun ini makin terasa. Kanan kiri terlihat tiang-tiang besar dan tinggi dengan ukiran-ukiran tulisan mesir kuno dan gambar-gambar khas fara'inah yang sangat indah dan terlihat keramat. Patung besar Ramsis dua juga terlihat sangat berwibawa. Ramsis II menjadi salah satu tuhan setelah dewa utamanya yang bernama Amun-Ra, dewa matahari. Di tempat ini banyak sekali berkumpul para turis, guide mereka yang semuanya orang Mesir sedang asyik menerangkan sejarah tentang karnak temple ini. Ada yang memakai bahasa inggris, belanda, spanyol, itali, jepang dan bahasa-bahasa lain tergantung siapa yang mereka guide, tetapi grup rombongan kami terlihat unik, walaupun kami terdiri dari banyak negara, bahasa pengantar yang dipakai guide adalah bahasa arab dengan campuran bahasa mesir lokal alias bahasa 'amiyah, mereka para turis banyak yang heran juga, "kami mahasiswa mesir mister, jadi faham dengan bahasa lokal", aku hanya membatin saja dengan keheranan mereka. Banyak sekali aku lihat para fotografer yang sedang sibuk mengambil gambar dari karnak temple ini. Terus masuk ke dalam terdapat danau lumayan luas yang dialiri dari sungai nil, kolam ini ini bernama "buhairotul muqoddas", atau "danau suci", aku kurang faham apakah dulunya ini menjadi tempat mandinya para raja atau gimana. Dekat dengan kolam terdapat sebuah patung berbentuk scorpio yang konon memiliki nilai mistis. Barang siapa yang mengitarinya alias thawaf tujuh kali, maka permintaannya akan dikabulkan setelah tujuh hari, banyak sekali ku lihat para turis muda dan masih cantik-cantik yang thawaf, akhirnya aku ikut mengitari juga. Katanya biar cepat dapat jodoh, "ahh..ada-ada saja kan?!". Kami juga melihat kecanggihan hitung-hitungan atau matematika orang dulu. Aku tidak menyangka pada masa itu, ilmu berhitung di Mesir sudah sangat maju. Sekali lagi, mungkin ada benarnya juga kalau selama ini Mesir sering menganggap dirinya sebagai "ummmu addunya", "ibunya dunia", peradabannya memang keren. Tunggu laporan menarik selanjutnya tentang peradaban keren itu. [caption id="attachment_76372" align="alignnone" width="480" caption="Salah satu patung dewa Karnak Temple"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline