Lihat ke Halaman Asli

Bismatara

Mahasiswa Arkeologi Universitas Udayana

Megalitik Desa Rinduhati: Warisan Budaya yang Terancam

Diperbarui: 9 Desember 2024   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situs Megalitik Batu Tigas (kanan) dan Situs Megalitik Batu Besak (kiri), Desa Rinduhati, Kabupaten Lahat (Sumber: Dokumentasi MBK-BPK VI 2024)

Situs Megalitik di Desa Rinduhati, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan merupakan salah satu lokasi penting yang mencerminkan peradaban megalitik di kawasan perbukitan Pasemah. Kawasan ini dikenal kaya akan tinggalan masa prasejarah yang menjadi saksi bisu kehidupan dan kepercayaaan masyarakat masa lalu, terutama perkembangan tradisi megalitik. Berbagai arca batu berukuran besar menghiasi situs ini, seperti arca manusia, arca hewan, dan lumpang batu. Setiap artefak memiliki detail yang unik, mencerminkan nilai simbolis dan fungsi tertentu dalam masyarakat prasejarah. Namun, situs yang menyimpan warisan budaya berharga ini kini terancam oleh berbagai aktivitas manusia yang berpotensi merusak keberlangsungan tinggalan bersejarah tersebut. 

Pesona Megalitik Desa Rinduhati

Desa Rinduhati, yang dikeliling oleh kebun karet dan kopi dengan latar belakang Perbukitan Gumay Ulu yang asri, menyimpan tinggalan budaya megalitik yang berharga. Di desa ini terdapat dua situs penting, yakni Situs Batu Tigas dan Situs Batu Besak, yang menjadi saksi peradaban megalitik pada masa lalu.

Situs Batu Tigas menampilkan sejumlah arca batu berukuran besar yang menggambarkan manusia sedang menunggang hewan, seperti gajah dan kerbau. Beberapa arca tersebut menghadap ke sebuah dolmen dengan posisinya berada di tengah. Lalu, di Situs Batu Besak terdapat dua arca manusia, satu dalam kondisi utuh dan satunya lagi dalam kondisi tidak utuh. Arca manusia dengan kondisi utuh berada dalam posisi duduk dengan lutut menekuk dan mengenakan busana yang menyerupai ponco.

Ancaman Kerusakan 

Namun, keindahan situs ini kini menghadapi permasalahan pelestarian salah satunya yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Contoh perilakunya seperti memanjat arca sembaranga di Situs Batu Tigas yang menimbulkan risiko kerusakan pada material batu.

"Anak-anak dari desa sebelah sering berkumpul di sini, terkadang mereka naik ke arca-arca. Kadang mereka datang untuk minum-minuman keras atau sekadar mencari sinyal, karena sinyal di lokasi ini memang cukup kuat," ujar Juru Pelihara Situs Batu Tigas, Dirmansyah. Meski demikian, Juru Pelihara Situs Batu Tigas telah memperingatkan anak-anak tersebut agar tidak berkumpul di area situs, dan kini mereka sudah jarang terlihat di sekitar situs.

Pada Situs Batu Besak, salah satu arca mengalami kerusakan parah setelah sebuah ekskavator mengenai arca tersebut saat pembukaan lahan. Kepala arca terpenggal dan punggungnya terlepas dari badannya.

"Menurut cerita warga setempat sekitar tahun akhir 90-an, dahulu lahan di sekitar arca-arca merupakan tanah yang datar. Warga berencana membuka jalan di sekitar lokasi tersebut. Maka didatangkanlah ekskavator untuk membersihkan area itu. Namun, para pekerja tidak mengetahui keberadaan arca di lokasi tersebut. Saat pekerjaan berlangsung, salah satu arca tergusur dan akhirnya roboh dan rusak," ucap Juru Pelihara Situs Megalitik Batu Besak, Mirhansyah.

Goresan ekskavator pada  punggung arca (Sumber: Dokumentasi MBK-BPK VI 2024)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline