Lihat ke Halaman Asli

Suyut Utomo

Travel | Content creator | Video | Writing

Pagi di Cupunagara

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa ini berada di kecamatan Cisalak, Subang. Untuk menuju desa ini diperlukan  kesiapan untuk melewati jalan bebatuan lepas beberapa puluh kilometer dari jalan masuknya, yaitu Kasomalang - Subang. Jalur ini juga merupakan jalan alternatif jika akan menuju Maribaya-Lembang.

Kami berempat kang Rama, om Salum, om Hendry dan Dadang. Bermalam di salah satu sudut desa, berupa tanah lapang, dengan latar belakang bukit gagah berdiri, sekeliling hijau kebun teh. Layaknya tempat impian untuk menyegarkan pikiran disibuknya rutinas kota. Padahal lokasi ini tidak sengaja kami temukan setelah tanya penduduk setempat untuk mendirikan tenda. Warga menunjukan dengan ramah, bahkan kami dicarikan kayu bakar untuk membuat api unggun dimalam harinya. Malam harinya kami habiskan dengan berbincang-bincang dipinggir api unggun.

Dibangunkan oleh udara dingin di desa Cupunagara walaupun saat itu udah  masuk didalam kantong tidur (sleeping bag), keluar dari tenda ternyata teman-teman yang lain sudah sibuk dengan kameranya untuk mengabadikan matahari terbit walau saat itu sedikit mendung.

Setelah menyedu kopi, makan cemilan pagi, serta memperhatikan kehidupan desa yang sedari pagi sudah sibuk di sawah belakang tanah lapang dengan menyemprot pestisida dilahan padi-nya, saya dan kang Rama berniat menelusuri jalan perkebunan teh peninggalan seorang Belanda, yaitu bernama Hoflan. Perkebunan ini di buat hampir bersamaan dengan dibangun jalan menuju kesini pada taun 1847. Saat itu jalan ini dibuat untuk jalur pedati, sebagai pengangkut hasil kebun. Perkebunan teh ini sekarang dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara VIII.

Beberapa warga lalu lalang disekitar tenda, sambil meyapa kami bertanya hendak kemana, dan mereka menjawab ada acara keagamaan, kegiatan bulanan didesa ini yang letaknya di  situs keramat Cipabeasan, letaknya dipinggir tebing bukit Kertamanah. Yang terlihat hijau dan kokoh berdiri dari desa Cupunagara.

Saya dan kang Rama segera bergegas untuk menikmati berkendara di tengah hijaunya perkebunan teh ini. Melewati jalan menanjak, dengan sesekali jalan bebatuan dan lumpur sehabis hujan, sangat seru dan mengasyikan! terlihat tempat kami mendirikan tenda dan bermalam, dengan suasana desa yang sempurna

kang Rama on the road

Bishop semakin sexy, haha

peaceful!!

Berduyun-duyun ke acara keagamaan, terlepas dari acaranya, saya melihatya suatu harmoni antara alam dan manusia yg indah. Mereka rela jalan kaki menempuh beberapa kilomenter dengan jalan menanjak dan berlumpur untuk berkumpul menjalin silahturahmi dan keakraban. Bandingkan dengan di kota?mereka berperang argumentasi untuk politik yang busuk, menyebar kebencian di media sosial dengan artikel yang belum tentu kebenarannya. Yang kata mereka dalam rangka bentuk kepedulian terhadap republik ini. Memuakan!!!

Situs Cipabeasan. Disini terdapat makam kuno dan sebuah situ (danau kecil) yang sangat dikeramatkan. Menurut juru kuncinya, di lokasi ini juga dimakamkan seorang penyebar Islam yaitu Eyang Mangkunagara.

tempat yang akan saya rindukan, sampai jumpa Cupunagara! ********




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline