Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Keterbukaan Budaya

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru saja lari pagi dari sebuah bukit yang masyarakat sekitar biasa menyebutnya "Beko". Saya lari bersama teman SMP yang biasa dipanggil "Bingling". Selama diperjalanan saya dan Bingling lari sambil menguping pembicaraan anak-anak (diperkirakan SD kelas 5 hingga SMP kelas 2, terlihat dari perawakan mereka).

Sebenarnya jujur saja saya tahu menguping pembicaraan orang lain itu tidak sopan, tapi mereka berkata dengan nada agak keras sehingga dapatlah kami mendengarnya dari jarak 3 meter. Kami juga sedang dalam kondisi berjalan sama seperti mereka sehingga agak lama mendengarkan pembicaraan mereka.

Awalnya apa coba yang kami dengar? Ada kelompok anak kecil perempuan kirakira kelas 5 SD. Mereka berbicara sambil berjalan dan dalam candaan mereka kami mendengar kata "hahaha kamu sudah diperkosa oleh ikan ya ***" (panggilan sengaja disamarkan). Entah apa lagi yang mereka bicarakan karena kami menguping sambil berlalu.

Kemudian kami mulai berjalan lagi dan tiba di suatu tempat yang bernama water vaank atau biasa disebut "water pang" (sebuah bendungan irigasi buatan belanda yang masih berfungsi dengan baik sampai sekarang --warisan 200 tahun yang lalu-- kalau tidak salah). Disana kami mendengar kata yang dilontarkan anak yang diperkirakan kelas 1 SMP. Katanya " itu dia pacarmu disana cabuli sekalian !" miris bathin ini mendengar perkataan itu. Dalam pikirku "kok anak kecil kayak gitu omongannya sudah ngaco?".

Masih di "water pang" tepatnya di sebelah sungai ada 2 orang pemuda pemudi yang sedang duduk berdua di sebuah motor. Apa yang kami kuping? Kami menguping menggunakan mata (baca: melihat). Mereka berdua sedang berciuman mesra. Parahnya lagi banyak anak-anak yang berada ditempat tersebut.

Kesimpulan: nah inilah salah satu dampak keterbukaan budaya luar negri (khususnya barat) yang sampai di Indonesia baik berupa gambar maupun video. Baik itu yang memang disajikan asli dari sana (film2 bioskop, tv, film dari internet) ataupun yang telah ditransformasi agar sesuai dengan budaya indonesia (melalui tayangan televisi). Dan juga berita kriminal atau gosip berbau sex yang ditayangkan berulang. Hal-hal tersebut diatas merupakan pemicu perubahan budaya lokal yang akan menghancurkan mental,moral, dan martabat Bangsa.
Saran: dimohon kepada pemerintah khususnya Depkominfo untuk lebih menyaring konten2 internet yang tidak mendidik dan menghancurkan moral, juga kepada komisi penyiaran supaya tidak mudah menyiarkan acara televisi dan iklan yang nyeleneh(mengarah pada hal-hal yang berbau sex pula walau hanya kata-kata).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline