"Jaga hutan, jaga iklim" demikian tagline yang diusung pada peringatan Hari Hutan yang jatuh pada tanggal 7 Agustus 2024 kemarin. Sebuah pesan yang mengajak kita bersama-sama untuk mempertahankan kelestarian hutan dan stabilisasi iklim.
Sebagaimana diketahui, keberadaan hutan sangat penting dalam menjaga keseimbangan iklim. Dalam hal ini hutan menjalankan fungsinya sebagai penyimpan karbon dan penyerap karbondioksida, gas rumah kaca yang memicu pemanasan global dan naiknya suhu permukaan bumi. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga hutan dari kerusakan agar fungsinya sebagai penjaga keseimbangan iklim tidak terganggu.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan sebagai usaha menyelamatkan hutan. Salah satunya dengan menerapkan gaya hidup paperless dalam keseharian. Yakni, dengan mengurangi pemakaian kertas dan memanfaatkan teknologi dalam aktifitas administrasi dan transfer informasi.
Kenapa harus mengurangi pemakaian kertas?
Jawabannya adalah karena langkah merupakan bagian dari upaya mempertahankan status hutan sebagai penjaga keseimbamgan iklim. Dalam hal ini, dengan mengurangi pemakaian kertas tentunya akan mengurangi pula jumlah pohon yang akan ditebangi sebagai bahan baku kertas. Artinya, makin besar wilayah hutan yang bakal terpelihara dan berkurangnya resiko kerusakan lingkungan yang mungkin timbul.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan akan kertas tiap harinya untuk keperluan bisnis, pendidikan dan perkantoran dan lainnya akan banyak sekali. Sebuah laporan yang dirilis Record Nations menyebutkan kalau tiap tahunnya seorang karyawan setidaknya menghabiskan 10.000 kopi kertas tiap tahunnya. Artinya akan sangat banyak jumlah pohon yang harus ditebangi.
Disisi lain sebatang pohon perlu waktu bertahun-tahun dalam pertumbuhannya. Dalam hal ini jumlah pohon yang ditebang lebih banyak dari yang baru tumbuh. Terjadi ketidakseimbangan populasi hutan yang kemudian bermuara pada rusaknya kawasan hutan.
Sebagai catatan, untuk menghasilkan satu ton kertas setidaknya menggunakan 20 batang pohon sebagai bahan bakunya. Dan seandainya kebutuhan akan kertas dalam dalam seharinya minimal menghabiskan satu ton kertas, maka bisa kita bayangkan berapa juta batang pohon yang harus ditebang serta berapa ribu hektar kawasan hutan akan rusak tiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Selanjutnya dengan semakin banyaknya hutan yang rusak artinya semakin parah pula kerusakan lingkungan yang harus kita terima. Padahal ongkos yang harus dibayar untuk pemulihannya kembali tidak sedikit. Tidak seimbang dengan benefit yang kita dapatkan.
Berpedoman pada fakta di atas, maka penerapan gaya hidup paperless saat ini menjadi sebuah keharusan. Yakni dengan membiasakan diri mengurangi ketergantungan akan penggunaan kertas. Dalam hal ini, berbagai keperluan untuk dokumen, surat menyurat ataupun kearsipan nantinya dialihkan pada format digital.